https://www.elaeis.co

Berita / Pasar /

Harga CPO 2025 Naik Lagi, Ini Daftar Saham Sawit yang Diprediksi Panen Cuan 2026

Harga CPO 2025 Naik Lagi, Ini Daftar Saham Sawit yang Diprediksi Panen Cuan 2026

Ilustrasi


Jakarta, elaeis.co - Saham-saham emiten sawit kembali jadi sorotan jelang akhir 2025. Dorongannya cukup jelas yaitu harga crude palm oil (CPO) memperlihatkan tren penguatan di pasar global, sehingga prospek kinerja sektor perkebunan dinilai masih solid untuk beberapa tahun ke depan.

Dalam riset terbarunya, analis Indo Premier Sekuritas Halima Yefany dan Aurelia Barus menilai harga CPO berpeluang bertahan di level tinggi sepanjang tahun fiskal 2025–2027. 

Menurut mereka, keseimbangan baru antara permintaan dan penawaran mulai terbentuk, sehingga harga komoditas ini tidak mudah terseret volatilitas ekstrem. 

“Proyeksi penguatan harga CPO ditopang pasar yang semakin sehat, baik dari sisi suplai maupun permintaan,” tulis keduanya, Senin (3/11). 

Halima memperkirakan harga CPO dapat kembali menanjak pada kuartal IV-2025, dengan rata-rata kenaikan sekitar 2% secara tahunan hingga mencapai MYR 4.300 per ton. 

Beberapa faktor pendorongnya antara lain implementasi mandatori biodiesel B40, pergeseran konsumsi global dari minyak kedelai ke minyak sawit yang berlangsung konsisten, serta permintaan impor yang terus kuat dari India.

Meski ada harapan produksi meningkat karena potensi curah hujan lebih tinggi akibat La Niña, pasokan CPO masih dinilai terbatas. 

Keterbatasan perluasan lahan dan tantangan pemenuhan tenaga kerja membuat kenaikan produksi tidak akan terlalu agresif. 

Untuk jangka panjang, harga CPO diproyeksikan stabil di kisaran MYR 4.000 per ton, mencerminkan permintaan struktural yang kokoh dari sektor pangan, oleokimia, dan energi terbarukan.

Dari sisi kinerja keuangan, Indo Premier memprediksi laba bersih inti emiten sawit akan mencatat pertumbuhan rata-rata 15% (CAGR) pada 2025–2027. 

Salah satu emiten yang menjadi sorotan adalah PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). Emiten ini dipilih sebagai top pick dengan perkiraan pertumbuhan laba 36% (CAGR), seiring upaya penurunan beban utang dan efisiensi operasional.

Selain DSNG, dua emiten yang tidak kalah potensial menurut analis adalah PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). 

Indo Premier memberikan rekomendasi beli untuk kedua saham tersebut dengan target harga Rp 2.100 untuk TAPG dan Rp 1.500 untuk LSIP. Untuk DSNG sendiri, target harga dinaikkan menjadi Rp 2.400 per saham.

Salah satu katalis yang dinilai akan mengerek permintaan domestik adalah rencana penerapan biodiesel B50 pada 2026. Jika aturan ini berjalan, kebutuhan tambahan minyak sawit berpotensi mencapai 3–4 juta kiloliter per tahun. 

Efeknya tidak kecil yakni harga CPO berpeluang terdorong naik 8%–12%, diikuti proyeksi lonjakan laba bersih emiten hingga 10%–48%.

Namun, sektor ini tetap menyimpan risiko. Ekspansi besar-besaran perkebunan kedelai di Brasil serta penerapan regulasi anti-deforestasi Uni Eropa (EUDR) bisa menahan laju permintaan ekspor. 

Walau begitu, analis menilai efek negatifnya mungkin terbatas karena sebagian volume dapat dialihkan ke pasar domestik dan India. Dalam skenario terburuk, harga CPO berpeluang turun 3%–13%, dan pendapatan emiten dapat terkoreksi hingga 35% pada 2026–2027.

Di tengah dinamika tersebut, rekomendasi Indo Premier tetap Overweight untuk sektor CPO. Dengan dukungan permintaan energi hijau, konsumsi global, serta fundamental emiten yang mulai membaik, saham-saham sawit dinilai masih menarik sebagai bagian dari portofolio investasi jangka menengah.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :