Berita / Bisnis /
Harga BBM Selangit, Industri Sawit Menjerit
Wakil Ketua KADIN Bengkulu, Diarwin Komena.
Bengkulu, elaeis.co - Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai dari Pertalite, Solar, dan Pertamax diperkirakan akan mempengaruhi industri kelapa sawit.
Adapun kenaikan harga BBM Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter, Solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter, dan Pertamax non subsidi dari Rp12.500 per liter menjadi 14.500 per liter.
Wakil Ketua KADIN Bengkulu, Diarwin Komena mengatakan, kenaikan harga BBM bisa menjadi pemberat harga TBS sawit petani. Sebab harga BBM dapat mempengaruhi biaya produksi dan distribusi kelapa sawit.
"Harga BBM naik, biaya produksi dan distribusi pasti ikut naik juga," kata Diarwin saat berbincang dengan elaeis.co, Minggu (4/9).
Diarwin mengaku, kenaikan harga BBM akan membenahi laju pergerakan harga TBS di tingkat petani. Yang sampai saat ini masih bergerak di bawah harga Rp 2.000/kg di tingkat petani swadaya.
"Kenaikan BBM ini tentu saja membebani harga TBS yang diterima petani," tuturnya.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Bengkulu, Jakfar juga tidak menampik bahwa kenaikan harga BBM menjadi salah satu faktor berpengaruh terhadap laju harga TBS sawit. Artinya, masuk ke dalam faktor pengurang harga TBS diterima petani.
"Jadi, dengan naiknya harga BBM, tentu biaya angkut CPO akan naik. Di mana komponen tersebut masuk ke dalam pengurang harga TBS sebagai bahan baku CPO," kata Jakfar.
Selain itu, menurut Jakfar, kenaikan harga BBM berpotensi menekan harga CPO dan berdampak ke harga TBS. Kendati begitu, jika B30 dinaikkan jadi B40, harga TBS juga akan naik meski harga BBM naik.
"Jadi, supply dan demand CPO sangat membantu jika harga BBM naik," ungkapnya.
Hanya saja, imbuh Jakfar, laju kenaikan harga TBS saat ini masih lambat. Terbukti, kata dia, harga TBS di tingkat petani swadaya masih di bawah Rp1.600/kg.
Sementara di petani mitra juga masih rata-rata di harga Rp1.900/kg. Meski beberapa daerah sudah ada harga yang mencapai Rp2.500/kg.
"Yang jelas, saat ini masih di bawah harga normal. Kalau pun sudah Rp2.250/kg, harga ini masih tergolong harga modal petani. Hal ini harus menjadi catatan bagi pemerintah, bahwa harga TBS saat ini belum normal," kata dia.
Untuk itu, Jakfar juga mengusulkan agar harga CPO tender KPBN yang masih rendah, harus mengacu ke harga referensi Kementerian Perdagangan. "Kami minta data ekspor CPO dan turunannya dibuka ke umum. Supaya masyarakat tidak timbul kecurigaan kepada pembuat kebijaksanaan," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :