Berita / Kalimantan /
Hadapi EUDR, Ratusan Petani Kaltim Bergabung dalam Program SHINES
Pendampingan terhadap petani untuk mengikuti sertifikasi RSPO. Foto: ist.
Samarinda, elaeis.co – Di tengah ancaman nyata regulasi anti deforestasi (EUDR) yang bisa menutup pintu ekspor sawit ke Uni Eropa, lebih dari 600 petani swadaya di Kalimantan Timur mengambil langkah berani. Mereka bergabung dalam program SHINES (SmallHolder INclusion for Ethical Sourcing) yang diinisiasi oleh PT REA Kaltim Plantations (REA), guna memenuhi standar keberlanjutan dan memperoleh sertifikasi RSPO.
Sebagai produsen minyak sawit yang berkomitmen sejak 1989 terhadap praktik berkelanjutan, REA menggandeng KOLTIVA, perusahaan agritech Swiss-Indonesia, untuk mendampingi petani menghadapi tantangan EUDR. Program SHINES kini menjangkau 10 koperasi petani swadaya di wilayah Kutai Kartanegara, termasuk Koperasi Belayan Sejahtera, Gotong Royong, hingga Tunas Harapan.
Kenyataannya, sekitar 41% dari total lahan sawit Indonesia sekitar 6,7 juta hektare dikelola oleh petani swadaya. Namun hanya 1% dari lahan tersebut yang telah memenuhi persyaratan ketertelusuran dan legalitas sebagaimana diamanatkan oleh EUDR. Kendala terbesar mencakup ketiadaan data geospasial, status kepemilikan lahan yang belum jelas, hingga belum adanya sistem digital yang terintegrasi.
“SHINES bukan sekadar kepatuhan dokumen. Ini tentang menyelamatkan masa depan ekonomi petani sawit swadaya agar tetap bisa bersaing di pasar global,” jelas Bremen Yong, Group Chief Sustainability Officer REA, dalam keterangan yang diterima elaeis.co, Senin (14/7).
Melalui platform KoltiTrace milik KOLTIVA, dilakukan pemetaan digital dan verifikasi batas lahan para petani. Ini menjadi fondasi untuk memenuhi aspek ketertelusuran dalam EUDR. Fitur segregasi juga diterapkan untuk memisahkan Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah memenuhi standar dari yang belum, sejak titik pengumpulan.
Tak hanya itu, petani juga mendapat pelatihan GAP (Good Agricultural Practices), pelatihan digital, hingga insentif pasar. Bahkan, SHINES juga berkontribusi terhadap konservasi 10.000 hektare kawasan hutan, dan penguatan penghidupan di enam desa sasaran.
“Petani swadaya tak boleh jadi penonton dalam transformasi sawit berkelanjutan. SHINES adalah bukti bahwa dengan teknologi dan kolaborasi, mereka bisa jadi pelaku utama,” tutur Jusupta Tarigan, Impact Program Manager KOLTIVA.
Langkah ini bukan hanya strategi bertahan, tapi jalan nyata menuju inklusi petani dalam rantai pasok global yang lebih transparan, berkelanjutan, dan adil.







Komentar Via Facebook :