https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Guru Besar IPB: Jika Skenario Surat Gubernur Riau Itu Seperti Ini...

Guru Besar IPB: Jika Skenario Surat Gubernur Riau Itu Seperti Ini...

Guru Besar Kebijakan Kehutanan IPB, Prof. Sudarsono Soedomo. foto: dok. pribadi


Jakarta, elaeis.co - Guru Besar Ilmu Kebijakan Kehutanan ini hanya sumringah usai membaca surat Gubernur Riau bernomor 525/DLHK/2697 tentang Pendataan Kebun Kelapa Sawit di Dalam Kawasan Hutan tanggal 11 Oktober 2021 itu.

Surat yang berisi 4 permintaan kepada bupati dan walikota di Riau itu dia bikin berdasarkan Surat Direktur Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan nomor S.278/KUH/PPFKH/PLA.2/9/2021 tanggal 15 September 2021.

"Saya enggak tahu seperti apa pemahaman Gubernur Riau tentang kawasan hutan. Lantaran itu, kita buat skenario saja," katanya saat berbincang dengan elaeis.co, tadi pagi. 

Skenario itu kata Prof. Sudarsono Soedomo adalah; jika Pak Gubernur paham bahwa sesungguhnya kawasan hutan itu belum ada dan jika Pak Gubernur menyangka kawasan hutan itu sudah ada karena salah atau belum paham. 

Skenario yang sama dapat digunakan terhadap bupati/walikota sebagai penerima pesan itu.

"Kalau skenarionya gubernur paham bahwa kawasan hutan belum ada, maka apapun respon dari bupati akan dimasukkan ke tong sampah. Gubernur hanya sekadar menjalankan tugasnya saja, tetapi paham betul bahwa hasilnya tidak ada. Malah mungkin gubernur terbahak-bahak ketika mendapatkan data dari bupati yang belum memahami bahwa kawasan hutan itu sesungguhnya belum ada," terang lelaki 65 tahun ini.

Baca juga: Pakar: Gubernur Riau Jangan Gegabah Soal Kawasan Hutan

Dan bila skenario yang dipakai gubernur salah atau belum paham tentang kawasan hutan, maka gubernur memiliki harapan yang tinggi atas suratnya itu. Gubernur akan marah mendapat respon dari bupati/wali kota yang sudah memahami bahwa sesungguhnya kawasan hutan itu belum ada. 

Bupati/walikota yang seperti ini tidak akan memberikan respon apa-apa atau sekedar pernyataan bahwa di wilayah kami tidak ada kawasan hutan. 

Respon yang menggembirakan justru akan datang dari bupati/walikota yang belum paham. Sama-sama tidak paham dapat dan boleh saja bergembira meskipun kegembiraan itu menyengsarakan rakyatnya. 

"Dan pemimpin yang hobi menyengsarakan rakyatnya sendiri kan memang banyak," ujarnya datar.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :