https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Gulat Manurung Desak Hilirisasi Sawit Masuk PSN, Bisa Dongkrak Ekonomi 8 Persen

Gulat Manurung Desak Hilirisasi Sawit Masuk PSN, Bisa Dongkrak Ekonomi 8 Persen


Jakarta, elaeis.co – Dunia persawitan nasional kembali memanas, bukan karena polemik impor atau isu deforestasi, tapi gara-gara satu dorongan besar dari Ketua Umum APKASINDO, Dr. Gulat Manurung. 

Ia mendesak pemerintah memasukkan Pengembangan Sawit dan Percepatan Hilirisasi Sawit Terintegrasi ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Alasannya sederhana tapi nendang: kalau ini dijalankan, ekonomi RI bisa melesat hingga 8 persen pada 2029.

Desakan itu ia sampaikan lantang saat menjadi narasumber Workshop SDM Industri Perkebunan Kelapa Sawit di INSTIPER Yogyakarta, Selasa (9/12/). 

Menurutnya, hilirisasi tak boleh lagi berjalan setengah hati. Program harus dipayungi negara lewat koordinasi langsung oleh Bappenas agar ekosistem sawit dari hulu hingga hilir bisa bergerak satu ritme.

Gulat menekankan masalah paling krusial justru berada di sektor hulu atau kebun rakyat. Produktivitas kebun sawit rakyat saat ini berada di angka yang bikin miris, hanya 3–4 kali lebih rendah dari idealnya. “Ini bahaya kalau dibiarkan. Jutaan petani kita menggantungkan hidup di kebun sawit,” ujarnya.

Untuk merapikan “dapur hulu” sawit, ia mengusulkan pembentukan Badan Kelapa Sawit Nasional (BKSN). 

Lembaga ini bakal jadi komando tunggal untuk sinkronisasi data, penguatan bursa CPO, pengembangan riset sawit, percepatan sertifikasi E-STDB pekebun, penataan tenurial kebun dalam kawasan hutan, hingga mendongkrak akselerasi peremajaan sawit rakyat (PSR). Gulat menargetkan semuanya bisa mulai jalan pada 2026.

Gulat membeberkan hasil kajian APKASINDO 2024 yang menyimpulkan nilai tukar petani sawit (NTP) dan efisiensi usaha tani (RCR) terus merosot pada petani yang belum ikut PSR. 

Sebaliknya, petani yang sudah menjalani PSR justru menikmati peningkatan pendapatan dan efisiensi. “Huluisasi kebun rakyat ini sangat berkelindan dengan potensi pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029,” tegasnya.

Tak main-main, kontribusi sawit terhadap ekonomi nasional memang raksasa. Industri ini menciptakan 16,5 juta lapangan kerja, melibatkan 2,5 juta kepala keluarga, dan menyumbang USD 27,76 miliar devisa nonmigas pada 2024. Indonesia pun kini menguasai 60 persen pasar minyak nabati global, menjadikan sawit alat geopolitik yang tak bisa diremehkan.

Gulat juga menegaskan pentingnya mencetak SDM hybrid, yakni tenaga kerja yang paham teknis, luwes menghadapi dinamika hulu-hilir, dan siap menghadapi tantangan global. 

Ia mendukung penuh program beasiswa dan pelatihan sawit dari pemerintah, namun meminta ada evaluasi karena program yang sudah berlangsung hampir satu dekade ini perlu ditajamkan agar tepat sasaran.

Harapannya jelas: Indonesia punya SDM yang mumpuni, kebun rakyat yang produktif, hilirisasi yang terstruktur, dan industri sawit yang benar-benar menopang kemakmuran bangsa. “Kalau semua ini berjalan, tidak ada alasan ekonomi kita tidak bisa melesat,” tutup Gulat.

Dengan desakan keras APKASINDO ini, bola kini bergulir ke meja pemerintah. Sawit bukan sekadar komoditas, ia bisa jadi mesin pertumbuhan nasional, tinggal menunggu keberanian untuk memasukkannya ke daftar PSN.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :