Berita / Sumatera /
Gula Merah Membuat Peserta Program Jokowi Tetap Tersenyum
Gula merah sawit hasil cetakan para petani sawit swadaya di Pegajahan, Sergai. (Dokumentasi Bachtera Barus)
Medan, Elaeis.co - Menjadi peserta program peremajaan sawit rakyat (PSR) pada tahun 2017-2018 adalah hal yang membanggakan sekaligus merupakan perjuangan berat bagi para petani sawit swadaya di sejumlah kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Provinsi Sumatera Utara.
"Ya, dikatakan bangga karena bibit yang kami pakai saat PSR itu adalah bibit yang bersertifikasi, jelas kualitas dan mutunya. Waktu itu, dari BPDPKS kami juga dapat Rp 25 juta per hektar dengan luas lahan maksimal empat hektar," kata Bachtera Barus, petani sawit yang bermukim di Kecamatan Kotarih, Sergai, kepada Elaeis.co, Minggu (15/8).
Namun ia dan rekan-rekannya yang tergabung dalam kepengurusan DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sergai itu pun menyebutkan bahwa PSR adalah masa yang berat karena harus berjuang untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
"Dana Rp 25 juta per hektar dari BPDPKS hampir semua tersedot untuk kebutuhan tanaman sawit. Makanya harus cari akal mencari penghasilan tambahan," tukasnya.
Tekad kuat para peserta PSR mencari uang masuk sayup-sayup terdengar oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Para petani sawit pun ditawari untuk memproduksi gula merah sawit.
Gayung bersambut, petani tak berpikir dua kali untuk menerima tawaran itu. "Kami kemudian dilatih oleh PPKS Medan membuat gula merah cetak dari batang sawit," kata Bachtera.
Di awal-awal, percobaan membuat gula merah dilakukan di Kotarih. Kemudian dilanjutkan dengan proses pembuatan di Desa Pegajahan, Kecamatan Pegajahan.
Kata Bachtera, segala sesuatunya seolah mudah dikerjakan karena mereka tak kesulitan mendapatkan batang sawit berusia tua. " Ya, dari pohon sawit yang ditebang itulah bahannya," ungkapnya.
Menurutnya, satu umbut batang sawit yang ditebang mampu menghasilkan nira manis sekitar 5-7 liter. "Dari situ bisa diproduksi sekitar dua kilogram gula merah cetak," paparnya.
Kata dia, rata-rata per hektar kebun sawit ditanami 100-125 batang sawit. "Taruhlah yang paling rendah 100 pohon per hektar. Dikalikan dua kilogram gula merah sawit dengan harga Rp13.000 per kilogram, sudah menghasilkan uang Rp 2.600.000 per hektar," bebernya.
Juardi, petani sawit yang juga menekuni produksi dan penjualan gula merah sawit, mengaku sampai saat ini bisa meraup untung bersih hampir 50 persen dari harga gula merah sawit yang dijual.
"Per kilogram itu ada sekitar empat atau lima cetakan gula merah. Saat ini harganya mulai Rp 11.000 sampai Rp 12.000 per kilogram. Dari situ kami bisa untung bersih sekitar Rp 5.000 per kilogram," kata warga Desa Pegajahan ini.
Ia merasa bersyukur mendapat manfaat sampingan dari program PSR yang oleh petani setempat disebut Program Jokowi itu. "Kami bisa punya penghasilan tambahan dari program Jokowi ini," ujarnya.
Karena saat ini program PSR sudah hampir selesai di Sergai, Juardi mengaku harus mencari batang sawit yang ditebang oleh perusahaan sawit yang sedang meremajakan kebun sawit mereka.
"Baik pohon sawit milik petani atau punya perusahaan, harganya tetap Rp 20.000 per batang. Tapi sekarang kami per hari cuma bisa dapat 50 batang," ungkapnya.







Komentar Via Facebook :