https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Getek Rusak, Harga Sawit di Seruway Turun Rp 150 dari Pasaran

Getek Rusak, Harga Sawit di Seruway Turun Rp 150 dari Pasaran

Pj. Bupati Aceh Tamiang, Drs Asra, bersama Kepala Dishub, Drs Syuibun Anwar, tengah mengamati kondisi getek. foto: dok. Prokopim


Karang Baru, elaeis.co - Pj. Bupati Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Drs Asra, bersama Kepala Dinas Perhubungan, Drs Syuibun Anwar, menginspeksi pekerjaan perbaikan ponton (getek) di Karang Baru. Getek ini biasa dipakai untuk penyeberangan dari dan ke Tanjung Binjai, Bendahara - Kampung Baru, Kecamatan Seruway. 

“Kita targetkan perbaikan getek di bengkel alat berat DPUPR bisa selesai dalam waktu satu sampai satu setengah bulan,” jelasnya dalam rilis Prokopim Aceh Tamiang dikutip Minggu (25/2).

Dia mengatakan, ponton menjadi urat nadi transportasi warga di sana, terutama untuk pengeluaran hasil produksi pertanian dan perkebunan sawit. Ketiadaan ponton selama beberapa waktu belakangan, menyebabkan masyarakat yang mayoritas petani dan pekebun tersebut mengalami kerugian akibat menanggung pertambahan biaya angkut hasil panen.

“Harga TBS kelapa sawit rakyat turun hingga Rp 150/kg dari harga di pasaran akibat pertambahan biaya angkut dan bongkar muat menggunakan perahu (boat) dan sejenisnya. Makanya ini mesti segera kita selesaikan agar masyarakat tidak terus mengalami kerugian,” tukasnya.

Dijelaskan, ponton yang digunakan tersebut adalah bekas rute penyeberangan Lubuk Sidup, Sekerak - Aras Sembilan, Bandar Pusaka, yang dipindahkan pasca operasional jembatan penghubung di lokasi yang sama.

“Jadi getek ini dulu sudah puluhan tahun digunakan di sana. Begitu ada jembatan, kita pindahkan ke rute Tanjung Binjai -Kampung Baru,” timpalnya.

Ditegaskan Pj. Bupati Asra, meski anggarannya terbatas tapi getek tersebut mesti tetap diperbaiki. “Apa boleh buat, tetap judulnya rehabilitasi getek. Sebenarnya seperti buat getek baru nanti. Tapi yang terpenting bisa kita manfaatkan kembali dan kita harapkan masyarakat tidak terus dirugikan dengan ketiadaan getek ini,” urainya.

Selama getek masih dalam masa perbaikan, mobilitas warga Tanjung Binjai, Kecamatan Bendahara, menggunakan perahu dan akses titi gantung untuk keluar masuk kampung dan melangsir hasil pertanian.

“Titi gantung yang mengalami kerusakan lantai juga terus kita rehab, perbaiki dan perawatannya rutin,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan menjelaskan, saat ini sarana getek penyeberangan sungai masih dibutuhkan warga terutama yang tinggal di seberang sungai. Meskipun beberapa kampung dari hulu hingga hilir sudah merdeka dari getek, akan tetapi getek masih menjadi andalan orang banyak sebagai transportasi angkutan air yang dikelola oleh kampung.

“Yang masih mengunakan getek ada tujuh kampung. Yakni, Bandar Khalifah, Rantau Pakam, Tanjung Gelumpang, Sekumur, Juar, Baling Karang, dan Tanjung Binjai. Hasil dari jasa getek menjadi PAD kampung,” ujarnya.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :