https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Setelah SBE Jadi Non B3

Geliat Ekonomi Baru di Sekitar Refinery

Geliat Ekonomi Baru di Sekitar Refinery

Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga. Foto: Ist


Jakarta, elaeis.co - Tak banyak orang yang tahu kalau ternyata manfaat Spent Bleaching Earth (SBE) --- bekas penyaring Crude Palm Oil (CPO) di pabrik Refinery --- sangat banyak. 

Bisa dijadikan bata ringan, Bahan Bakar Nabati (BBN), Oleochemical, bahkan untuk membagusi jalan. SBE ini juga tidak beracun lantaran bekas penyuling CPO. Kalau beracun, berarti minyak goreng yang dihasilkan juga beracun dan orang yang memakainya akan mati, bukan?

Sejak pemerintah mengeluarkan SBE ini dari kategori limbah B3 bulan lalu, pengusaha langsung ambil ancang-ancang menggelontorkan duit untuk membangun Solvent Extraction Plant (SEP). 

Pabrik ini akan merubah 674,4 ribu ton SBE yang saban tahun dihasilkan oleh sekitar 92 pabrik Refinery di 9 zona tadi untuk menjadi De-OBE (De Oiled BE) dan Recovered Palm Oil (R-Oil). 

Kebetulan Refinery tadi mengolah sekitar 85?ri total produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) Indonesia yang saat ini mencapai 52.9 juta ton per tahun.  

Adalah Direktur Ekeselutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga yang certa panjang soal SBE ini pada webinar #LetsTalkAboutPalmOil sesi ke-36 yang dipandu Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Togar Sitanggang. 

Jebolan Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) 1973 ini menyebut, SEP yang bakal dibangun itu mencapai 22 unit. SEP itu akan bertebaran di 9 zona di Indonesia. 

Duit yang akan diguyur untuk membangun semua SEP itu mencapai Rp1,8 triliun. Kalau satu unit SEP bisa mempekerjakan 50 orang, berarti, bakal ada 1.100 orang tenaga kerja langsung terserap. 

"Dalam rentang waktu 2021-2023m semua SEP itu sudah terbangun. Pengusaha semangat membangun SEP itu lantaran returnnya bagus, perusahaan juga akan selalu dapat PROPER lantaran pengolahan limbahnya sudah bagus," cerita Sahat.  
 
Uniknya, di sekitar SEP ini nanti akan  bertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM). Minimal untuk mengolah De-OBE tadi menjadi bata ringan. Lho?  

Usai webinar bertajuk 'Sian Tano Mulak Tu Tano' (Dari Tanah Kembali ke Tanah) itu, Sahat kemudian menjelaskan panjang lebar kepada elaeis.co

"Satu ton SBE bisa menghasilkan 0,839 ton De-OBE dan 161 kilogram R-Oil. Dari SBE sebanyak itu, bisa dihasilkan 565,8 ribu ton De-OBE," katanya.

Satu ton De-OBE tadi bisa pula menghasilkan 314 batang bata ringan (Hebel CLC) berukuran 7,5cm x 20cm x 60cm.

Kalau 60% saja dari De-OBE itu dijadikan Hebel CLC, maka saban tahun industri UKM akan menghasilkan 177,6 juta batang Hebel CLC

Di pasaran, satu kotak Hebel CLC isi 111 batang, dibanderol Rp580 ribu. "Kalau dinominalkan, tiap tahun duit bata ringan yang berputar di UKM mencapai Rp928 miliar. Itu baru hasil bata ringan. Dari R-Oil lain lagi," Sahat merinci.     

SBE tadi kata Sahat, bisa menghasilkan Bensa-Biohidrokarbon --- bensin setara Pertamax dengan Oktan 92 --- sekitar 160,6 juta liter pertahun. 
Jika itu diduitkan, nilainya sekitar Rp144,5 miliar. Itu kalau Pertamax dibanderol Rp9 ribu perliter. 

"Kalau dijadikan bensin super dengan oktan 110, dalam setahun bisa didapat sekitar 72,3 juta liter. Kali Rp50 ribu saja seliter, duitnya sudah berapa?" Sahat tertawa.   

Hal pertama yang paling penting sebetulnya kata Sahat, dengan status baru SBE tadi, biaya produksi pengolahan Crude Palm Oil (CPO)  --- untuk dijadikan Refined minyak sawit --- antara Indonesia dan Malaysia, sudah apple to apple, bahkan Indonesia bisa lebih efisien. 

"Kalau sebelumnya, biaya yang dikeluarkan Indonesia 4%-5% lebih tinggi ketimbang Malaysia. Dampaknya di dalam negeri, persaingan usaha tidak kompetitif," ujarnya. 
 
Oleh semua kenyataan yang ada itu kata Sahat, tak berlebihan jika GIMNI menyebut keputusan Presiden Jokowi mengeluarkan SBE dari jenis limbah B3 itu adalah physiological statement yang brilliant and it will work wonders. 

Nah, dari sekarang kata Sahat, sebisa mungkin jangan lagi dibikin pagar tinggi-tinggi --- aturan yang tak masuk akal --- "Sampai-sampai kita sendiri enggak bisa melompati," pintanya.   

dan ada baiknya juga kata Sahat, pola pikir segara dirobah, jangan suka melihat orang lain susah. 

"Di negara manapun, tak ada yang membikin SBE ini limbah B3, yang ada paling limbah khusus. Limbah Rapeesed, jagung dan sunflower yang gampang terbakar saja hanya dibikin limbah khusus," ujarnya.  

Terlepas dari semua itu, oleh status baru SBE ini, UKM sudah segera tumbuh di sekitar Refinery tadi demi menghasilkan bata ringan. Ini sama seperti yang diharapkan Presiden Jokowi kepada GIMNI dalam pertemuan di Istana Negara 13 Oktober 2015 silam.  

"Kita musti sama-sama tahu bahwa banyak yang iri dengan Indonesia lantaran di Negeri ini sawit sangat subur. Mari kita syukuri ini dengan kebersamaan dan saling mengingatkan. Siapapun pasti butuh lingkungan yang lestari," katanya.  



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :