https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Geber GRS, BPDPKS Siapkan Duit Rp42,4 Miliar Untuk 4 Pulau

Geber GRS, BPDPKS Siapkan Duit Rp42,4 Miliar Untuk 4 Pulau

Dirut BPDPKS, Eddy Abdurrachman sumringah saat menengok lembar kesepahaman yang sudah diteken oleh perwakilan UGM. foto: dok. BPDPKS


Jakarta, elaeis.co - Lelaki 68 tahun itu menarik napas lega jelang siang tadi. Senyum khasnya yang dihiasi kumis tipis, mengembang. Orang-orang yang dia tengok di layar plasma di depannya, turut sumringah. 

Walau cuma secara daring menengok penekenan kesepahaman itu, harapan Direktur Utama Badan Pengelola Dana perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini tetap menggebu dan yakin bahwa hingga tiga tahun ke depan, sederet hasil riset baru untuk menopang industri dan masa depan sawit yang lebih baik, sudah nongol lagi. 

Tak berlebihan jika Eddy Abdurrachman menabur harapan menggebu itu. Sebab topik riset yang bakal dilakukan hingga tiga tahun ke depan itu adalah topik pilihan hasil seleksi ketat yang dilakukan oleh Komite Penelitian dan Pengembangan BPDPKS. 

Dari 448 proposal penelitian dan pengembangan yang disodorkan oleh para calon periset pada program yang dinamai 'Grant Riset Sawit (GRS) 2021' itu, 28 proposal saja yang lolos. 

Proposal yang lolos inilah nanti yang akan dikerjakan oleh 13 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) kampus di lintas pulau serta 5 lembaga riset. Biayanya mencapai Rp42,4 miliar yang digelontorkan secara tahun jamak. 

Adapun 13 kampus lintas pulau tadi, di Sumatera ada 4 kampus; Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Malikussaleh, Acehm Universitas Riau, Universitas Bengkulu dan Universitas Lampung.

Di Kalimantan ada Universitas Tanjungpura  Kalimantan Barat dan Universitas Lambung Mangkurat Kalimantan Selatan. Di Sulawesi ada pula Universitas Tadulako, Sulawesi Tengah. 

Sementara di Pulau Jawa ada Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Institut Tekonologi Sepuluh November (ITS).

Lantas 5 lembaga riset tadi antara lain; Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi), Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

"BPDPKS berkomitmen untuk terus memberikan dukungan pendaanan penelitian dan pengembangan demi keberlanjutan industri kelapa sawit nasional. Komitmen ini sesuai dengan tugas yang dimanahkan kepada kami melalui Peraturan Presiden No 61 Tahun 2015 junto Perpres No. 66 Tahun 2018," katanya dalam siaran pers yang diterima elaeis.co beberapa jam kemudian.  

Direktur Jenderal Bea dan Cukai 2002-2006 ini menyebut, penelitian dan pengembangan adalah salah satu elemen penting dalam sebuah industri, tak terkecuali sektor perkebunan sawit. 

Oleh hasil penelitian dan pengembangan itulah kata Eddy, industri kelapa sawit yang berkelanjutan bisa dilakukan secara optimal. 

Sebab bagi Eddy, penelitian dan pengembangan adalah sesuatu yang musti bisa menghasilkan solusi terhadap ragam persoalan yang dihadapi oleh industri kelapa sawit itu.

Mulai soal efisiensi dan peningkatan produktivitas, sustainability dan awareness terhadap lingkungan dan isu-isu global, serta mendorong penemuan, inovasi produk dan pasar baru.

"Sederet hasil penelitian yang didanai oleh BPDPKS sebelumnya, alhamdulillah sudah dimanfaatkan, ada pula yang sudah masuk tahap komersialisasi," cerita Eddy.

Misalnya bahan untuk pengambilan kebijakan terkait pemanfaatan biodiesel --- pencampuran Biodiesel dengan minyak solar --- B20, B30 dan B40.

Pengembangan Surfaktan oleh PT Petro Kimia Gresik, Produksi Helm oleh PT Interstisi Material Maju, Pembangunan pabrik pilot Stabiliser Termal PVC oleh PT Timah Industri dan Biosilika yang telah dimanfaatkan di beberapa Perkebunan Sawit.

Lalu ada juga dua kajian yang dipakai untuk sidang; kajian 3MCPD untuk sidang Codex dan CPOPC serta kajian EU Directive untuk Sidang WTO.

Pabrik Industrial Vegetable Oil (IVO) sudah dibangun di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan (Sumsel). 

Penelitian dan pengembangan terkait Bensin Sawit juga masih terus dikembangkan untuk menggantikan minyak gasoline (bensin) yang masih impor dalam jumlah yang besar.

Lantas, ada juga hasil penelitian itu yang sudah dipublikasikan dalam bentuk buku; Sejarah Perkembangan Status, Penggunaan Lahan dan Keanekaragaman Jenis Hayati Kebun Kelapa Sawit Indonesia. 

"BPDPKS berharap bisa terus memberikan kontribusi maksimal untuk mensupport program-program yang diamanatkan," ujar Eddy. 

Dan soal hasil penelitian yang sedang dan akan dilaksanakan, Eddy juga berharap semuanya kelak bisa dimanfaatkan oleh industri kelapa sawit, pemerintah dan masyarakat. 

Tak hanya sebagai acuan dalam pelaksanaan pengembangan industri kelapa sawit dan produk-produk turunan tertentu, tapi juga untuk pengambilan kebijakan keberlanjutan industri sawit yang lebih baik.



 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :