Berita / Pasar /
GAPKI Pede CPO Indonesia Tetap Laku Keras di AS, Meski Trump Tebar Tarif Baru
 
                Ilustrasi - dok.elaeis
Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) optimistis ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia ke Amerika Serikat tetap stabil, meski Presiden Donald Trump baru-baru ini mengumumkan tarif 0% untuk sejumlah produk dari Malaysia, Kamboja, dan Thailand.
Kebijakan ini sempat memicu kekhawatiran bahwa CPO Indonesia bakal kalah bersaing di pasar AS.
Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono, menegaskan keyakinannya bahwa pangsa pasar CPO Indonesia di AS masih sangat kuat.
“Market share kita di AS itu sangat tinggi, 89,9% atau hampir 90%. Jadi kami tetap optimistis pasar Amerika masih cukup bagus,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (28/10).
Meskipun Indonesia masih dikenakan tarif 19% di AS, jauh lebih tinggi dibanding Malaysia yang kini 0% Eddy menyebut posisi Indonesia tetap kokoh. Salah satu faktor utama adalah dominasi pangsa pasar dan minimnya isu negatif di sektor sawit Indonesia di Amerika.
“Di Amerika, kita tidak menghadapi isu lingkungan atau tenaga kerja seperti di Eropa. Hal ini membuat ekspor kita lebih mudah dan stabil,” tambahnya.
Eddy juga menyoroti tren ekspor CPO ke AS pada 2023–2024 yang sempat mengalami penurunan. Meski begitu, pelaku usaha menargetkan pengiriman tahun ini minimal menyamai capaian 2024.
“Memang terjadi penurunan di 2023–2024. Mudah-mudahan bisa kembali seperti 2023, walaupun agak sulit. Tapi setidaknya sama dengan 2024,” jelasnya.
Kebijakan tarif 0% yang diterapkan Trump untuk Malaysia, Kamboja, dan Thailand mencakup beberapa produk, termasuk minyak sawit, peralatan kedirgantaraan, dan produk farmasi. Namun, hal ini dinilai tidak akan mengurangi dominasi Indonesia di pasar AS karena pangsa pasar kita sudah sangat besar.
AS berada di urutan keempat sebagai negara tujuan ekspor sawit, setelah China, India, dan Pakistan. Meski bukan pasar utama, konsistensi pangsa pasar dan minimnya isu perdagangan menjadi keuntungan besar bagi Indonesia.
GAPKI menekankan optimisme ini sebagai sinyal bahwa industri sawit nasional tetap tangguh menghadapi dinamika global. Dengan pangsa pasar yang tinggi, posisi ekspor Indonesia ke AS dinilai relatif aman meski negara tetangga mendapat tarif lebih rendah.







Komentar Via Facebook :