Berita / Nasional /
GAPKI Gelar Konferensi IPOC ke-21, Ini Isu Panas yang Akan Dibahas di Bali
GAPKI konferensi pers kegiatan IPOC ke-21 yang akan digelar di Bali.
Jakarta, elaeis.co - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) kembali menggelar forum strategis tahunan yang menjadi barometer arah kebijakan dan prospek industri sawit nasional maupun global.
The 21st Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2026 Price Outlook akan berlangsung pada 12–14 November 2025 di Bali International Convention Center, The Westin Resort Nusa Dua, Bali.
Mengusung tema “Navigating Complexity, Driving Growth: Governance, Biofuel Policy, and Global Trade,” konferensi ini menyoroti tantangan tata kelola, kebijakan biofuel, serta perdagangan global yang semakin kompleks di tengah dorongan pertumbuhan industri sawit berkelanjutan.
Ketua Umum GAPKI Eddy Martono mengatakan, IPOC menjadi momentum penting untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi dinamika global yang kian cepat berubah.
“IPOC merupakan forum strategis untuk membahas arah industri kelapa sawit ke depan, khususnya upaya-upaya yang dapat dilakukan para pelaku industri dalam mendorong produktivitas di tengah beragam peluang dan tantangan domestik maupun global,” ujar Eddy, dalam konferensi pers yang digelar GAPKI, Selasa (28/10).
Eddy menilai, kompleksitas tantangan industri sawit saat ini menuntut sinergi antarpemangku kepentingan, mulai dari pelaku usaha, pemerintah, hingga lembaga riset.
Indonesia, kata dia, tidak hanya berperan sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia, tetapi juga konsumen terbesar yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlanjutan industri ini.
“Kita menghadapi stagnasi produktivitas dan meningkatnya permintaan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Karena itu, IPOC diharapkan menjadi ruang untuk merumuskan strategi agar industri ini tetap sustain dan kompetitif,” tambah Eddy.
Seperti penyelenggaraan sebelumnya, IPOC 2025 akan dihadiri para pembicara nasional dan internasional terkemuka. Thomas Mielke, Executive Director Oil World, akan membahas proyeksi harga dan tren pasar minyak nabati global.
Julian McGill, pendiri Glenauk Economics, akan mengupas dinamika makroekonomi yang memengaruhi sektor komoditas. Sementara Ryan Chen dari Cargill Investments, China, akan menyampaikan pandangan mengenai prospek ekonomi China bagi industri sawit.
Nama lain yang juga telah dikenal di panggung IPOC adalah Dorab Mistry dari Godrej International Ltd. Ia akan memaparkan prediksi harga minyak sawit tahun 2026.
Ketua Panitia IPOC 2025, Mona Surya, mengatakan konferensi tahun ini dirancang tidak hanya sebagai ajang diskusi, tetapi juga pameran industri sawit yang menampilkan inovasi dan teknologi terkini dari sektor hulu hingga hilir.
“Sawit ini ibarat primadona. Isunya selalu menarik dan selalu ada tantangan baru. Karena itu, forum seperti IPOC penting untuk mencari solusi bersama,” ujar Mona.
Ia menambahkan, sekitar 1.500 peserta dari berbagai negara akan hadir, terdiri dari pelaku usaha, pembuat kebijakan, analis, dan investor.
“Kami ingin IPOC tidak hanya menjadi ajang konferensi, tapi juga investasi strategis untuk memahami masa depan dan membangun kemitraan global,” kata Mona.
Konferensi juga akan menghadirkan pembicara dari dalam negeri, antara lain Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Eddy Abdurrachman, Duta Besar Indonesia untuk Luksemburg Andri Hadi, serta ekonom Dr. M. Fadhil Hasan dan Oscar Tjakra. Mereka akan membahas rantai pasok, kebijakan energi, dan prospek investasi jangka panjang di sektor minyak nabati.
Selain itu, pakar komunikasi dan kebijakan publik internasional Pietro Paganini akan mengulas strategi menghadapi isu keberlanjutan dan regulasi global seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR).
Pemerintah juga dijadwalkan hadir melalui sejumlah pejabat kunci, seperti Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy, Wakil Menteri Luar Negeri Arif Havas Oegroseno, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono, dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Topik seperti peta jalan sawit menuju Indonesia Emas 2045, dampak kebijakan tarif Amerika Serikat, hingga implementasi EUDR akan menjadi bahan bahasan utama,” ujar Mona.
Menurutnya, salah satu isu paling menarik adalah pembahasan rencana peningkatan bauran biodiesel menjadi B50. “Ini menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen terhadap energi hijau,” ujarnya.
Dengan rangkaian pembicara dan topik yang padat, IPOC 2025 diharapkan menjadi wadah refleksi dan arah baru bagi industri sawit nasional agar tetap tangguh di tengah kompleksitas global.







Komentar Via Facebook :