https://www.elaeis.co

Berita / Kalimantan /

Gali Potensi Penghasilan Sektor Non Tambang, Paser Kembangkan Produk Unggulan

Gali Potensi Penghasilan Sektor Non Tambang, Paser Kembangkan Produk Unggulan

Sosialisasi dan diseminasi hasil kajian produk unggul lokal. foto: MC Paser


Tana Paser, elaeis.co – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penelitian Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, menyosialisasikan hasil kajian kelitbangan yang masuk dalam proses perencanaan daerah.

Hasil kajian kelitbangan yang disosialisasikan itu yakni Identifikasi dan Analisa Potensi Pengembangan Ekonomi Desa Berbasis Komoditas Unggulan Lokal, Demplot Pilot Project untuk pengembangan 5 produk unggulan Desa Paling Potensial dan Budidaya Perikanan.

Tim panel ahli dari Universitas Mulawarman hadir dalam diskusi ini dan memaparkan hasil kajian dan penelitiannya.

Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Bappedalitbang Paser Sujono Cipto Trisno mengatakan, sosialisasi digelar untuk menindaklanjuti rekomendasi tim panel ahli agar hasil kajian tersebut bisa diimplementasikan.

“Pada acara sosialisasi ini, kami mengundang perangkat daerah terkait untuk selanjutnya akan dibentuk tim satuan tugas atau satgas pengembangan produk daerah,” katanya dalam rilis Prokom Paser dikutip Kamis (12/9).

Menurutnya, tahun 2023 sebenarnya ada delapan kajian dan dari jumlah itu dipilih tiga kajian yang prioritas untuk segera ditindaklanjuti pada tahun ini. "Pemerintah daerah telah menyediakan anggaran sebesar Rp 500 juta untuk pengembangan atau menyusun produk unggulan desa paling potensial,” katanya.

"Produk unggulan desa paling potensial tersebut adalah kopi kopi, amplang borju, amplang bulan bulan, sawit dan minyak goreng merah, petis, dan kerupuk udang tanjung aru," tambahnya.

Profesor Dr. Irawan Wijaya Kesuma selaku salah satu panel ahli mengatakan, saat ini pertumbuhan ekonomi di Paser masih didominasi sektor tambang yang hampir mencapai lebih 60 persen.

“Karena pertambangan merupakan sumber daya alam terbatas maka perlu mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alamnya untuk menghasilkan produk bernilai tambah, ” katanya.

Pada kajian pengembangan produk unggulan lokal, kata dia, timnya menggunakan konsep one village one product (OVOP) atau satu desa satu produk. Namun dari hasil kajian produk unggulan yang ada, hanya beberapa produk yang perlu dikembangkan dengan memperhatikan nilai komersial yang tinggi.

"Syaratnya yaitu produk lokal bersifat global, kemandirian dan kreativitas, serta pengembangan sumber daya manusia," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Bapeddalitbang Paser, Rusdian Nor, mengatakan, pengembangan produk unggulan desa paling potensial sangat dibutuhkan untuk mencari sumber penghasilan daerah yang berkelanjutan.

"Saat ini 70-75 % sumber pendanaan pembangunan Kabupaten Paser diperoleh dari dana bagi hasil tambang dan migas. Jika ada kebijakan larangan penggalian sumber daya alam, maka yang akan terjadi kita akan kehilangan pendapatan untuk membiayai pembangunan daerah. Sementara dana bagi hasil daerah yang diterima dari sektor pertanian hanya 13%," paparnya.

“Jadi kita perlu melakukan kajian terhadap potensi unggulan ini dan diharapkan nantinya bisa tumbuh dengan signifikan dari tahun ketahun,” tambahnya.

Dia mengakui dampak dari hilangnya potensi dana bagi hasil (DBH) dari sektor batu bara pada lapangan pekerjaan dan perekonomian daerah secara luas. Karena itu diharapkan pertumbuhan ekonomi dari sektor non tambang bisa mencapai 2% sehingga potensi produk unggulan daerah secara perlahan dapat meningkat.


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :