Berita / Nasional /
Fortasbi: Petani Sawit di Kampung Bakal Jadi Tumbal Kebijakan Donald Trump
Sutiyana, Ketua Yayasan Fortasbi. foto: ist.
Jakarta, elaeis.co – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump lewat program "Make America Wealthy Again” berencana menerapkan tarif resiprokal hingga 32 persen terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia.
Langkah ini diprediksi akan mengguncang ekspor sejumlah komoditas dari Indonesia ke AS, salah satunya minyak sawit.
"Selama ini kita menikmati surplus dari ekspor tekstil, alas kaki, dan minyak sawit ke AS. Tapi kalau tarif tinggi ini benar diterapkan, petani sawit swadaya akan jadi tumbal pertama," ujar Sutiyana, Ketua Yayasan Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan (Fortasbi), dalam keterangannya, Kamis (25/4).
Data dari USDA menunjukkan ekspor minyak nabati Indonesia ke AS mencapai USD 2,13 miliar pada 2023 dan menguasai lebih dari 70 persen pasar tropical oil di negara adidaya itu. Dari segi volume, ekspor sawit Indonesia juga meningkat dari 1,8 juta ton pada 2022 menjadi 1,9 juta ton di 2024.
Tapi semua pencapaian itu bisa runtuh seketika gara-gara kenaikan tarif impor AS. "Kalau permintaan turun karena harga jadi tidak kompetitif, petani swadaya yang akan paling terdampak. Harga tandan buah segar (TBS) sawit bisa anjlok. Produksi mereka pun bisa mandek karena tidak terserap pasar," jelas Sutiyana.
Trump berdalih kebijakan ini untuk melindungi ekonomi domestik. Tapi bagi petani sawit Indonesia, ini bisa jadi awal dari kesulitan panjang. Karena itu, Fortasbi mendesak pemerintah untuk segera ambil langkah antisipatif, mulai dari memperkuat hilirisasi hingga membuka pasar alternatif non-AS.
"Kalau kita terus bergantung pada satu pasar, ya mudah goyah. Saatnya perkuat pondasi perdagangan yang lebih beragam. Kalau tidak, petani di kampung-kampung itu yang akan jadi korban pertama," pungkasnya.







Komentar Via Facebook :