https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

EUDR Bukan Masalah Lagi, Koltiva Bantu Petani Sawit Kecil Naik Kelas

EUDR Bukan Masalah Lagi, Koltiva Bantu Petani Sawit Kecil Naik Kelas


Jakarta, elaeis.co - Petani sawit kecil di Indonesia kini punya harapan baru menghadapi tantangan ketertelusuran dan sertifikasi Eropa. 

Dengan European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang mulai berlaku Desember 2025, sekitar 40 persen lahan sawit rakyat sempat terancam kesulitan menembus pasar global. Namun, digitalisasi yang diterapkan Koltiva menjadi solusi nyata agar petani kecil bisa “naik kelas”.

“Ketertelusuran digital dan sertifikasi kini jadi paspor untuk akses pasar global,” ungkap Jusupta Tarigan, Senior Program Manager Koltiva, di Jakarta, Jumat (31/10). 

Data menunjukkan, petani dengan lahan di bawah 50 hektar menyumbang sekitar 30 persen produksi minyak sawit dunia. 

Sayangnya, hanya 7 persen pabrik bersertifikat yang bermitra dengan petani kecil, dan kurang dari 1 persen petani independen yang telah tersertifikasi ISPO atau RSPO. Di Provinsi Riau misalnya, dari 1,61 juta hektar perkebunan petani independen, hanya 7.800 hektar yang telah bersertifikat RSPO.

Koltiva hadir dengan KoltiTrace dan KoltiSkills, platform digital yang memudahkan petani mencatat transaksi, memantau kebun, dan memenuhi standar keberlanjutan secara real-time. Hingga kini, teknologi ini telah membantu 178.000 petani di seluruh Indonesia.

“Digitalisasi mengubah kepatuhan dari beban menjadi peluang. Kalau semua pihak bekerja bersama, tidak ada petani kecil yang tertinggal,” jelas Jusupta.

Tidak hanya itu, beberapa pemerintah daerah pun memanfaatkan sistem digital untuk memonitor dan melaporkan keberlanjutan sawit secara transparan. 

Contohnya, Dashboard MSF di Kabupaten Aceh Singkil yang melibatkan sembilan LSM dan delapan lembaga pemerintah. Sistem ini memastikan data ketertelusuran petani bisa dilaporkan secara akurat dan cepat, sekaligus mempermudah proses sertifikasi.

Dengan digitalisasi, akses pasar global yang dulu terasa berat kini semakin terbuka. Petani kecil yang sebelumnya kesulitan menembus standar EUDR kini dapat mengamankan produksi mereka dan meningkatkan daya saing. Koltiva menegaskan bahwa teknologi ini bukan sekadar alat, tapi juga strategi inklusi bagi para petani kecil agar tetap berperan aktif dalam rantai pasok sawit global.

Transformasi ini sekaligus memberi efek domino positif bagi industri sawit nasional: memperkuat keberlanjutan, meningkatkan pendapatan petani, dan memastikan Indonesia tetap menjadi pemain utama minyak sawit dunia. 

EUDR pun bukan lagi hambatan, melainkan peluang bagi petani sawit kecil untuk naik kelas dan menembus pasar internasional dengan lebih percaya diri.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :