Berita / Bisnis /
Emiten Sawit ini Terus Genjot Penjualan CPO, Pabrik Baru di Kaltim Siap Tempur
Pabrik CPO di tengah perkebunan sawit. foto: dok. BWPT
Jakarta, elaeis.co – Emiten perkebunan sawit PT Eagle High Plantations Tbk. (BWPT) optimistis penjualan minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan palm kernel (PK) akan meningkat pada semester II/2025. Prospek positif ini ditopang oleh permintaan domestik yang kuat, pasokan terbatas, serta harga yang cenderung stabil.
Corporate Secretary BWPT, Rizka Dewi, mengatakan produksi CPO dan PK pada paruh kedua tahun ini diperkirakan akan stabil, sejalan dengan capaian di semester I/2025. Namun, dari sisi volume penjualan, potensi kenaikan cukup terbuka.
“Kami harapkan penjualan CPO dan PK berpotensi meningkat pada semester II/2025 dibandingkan semester sebelumnya,” ujar Rizka, Ahad (10/8).
Per Juni 2025, BWPT mencatat penjualan CPO mencapai 171.453 ton, naik 10% dibandingkan 156.086 ton pada semester I/2024. Penjualan PK juga tumbuh 12% menjadi 27.261 ton.
Kinerja tersebut turut terdongkrak oleh kenaikan harga jual. Harga CPO perseroan naik 20% menjadi Rp14.113/kg, sementara harga PK melonjak 93% menjadi Rp11.895/kg. Kondisi ini diharapkan berlanjut di semester II karena pasar domestik tetap menyerap produk dengan baik dan pasokan yang relatif terbatas menjaga kestabilan harga.
Meski prospek menjanjikan, industri sawit masih menghadapi tantangan cuaca, khususnya di Kalimantan. Curah hujan tinggi membuat lahan basah, menghambat panen dan distribusi tandan buah segar (TBS) ke pabrik kelapa sawit (PKS).
“Kondisi ini berbeda dengan Sumatera yang relatif lebih kering. Namun permintaan domestik dan internasional yang stabil membuat prospek industri sawit tetap positif,” kata Rizka.
BWPT saat ini mengelola 87.000 hektar lahan di Sumatera, Kalimantan, dan Papua, dengan kapasitas PKS mencapai 2,2 juta ton TBS per tahun.
Untuk memperkuat kapasitas olahan, BWPT telah menyelesaikan pembangunan PKS baru di Kalimantan Timur dengan kapasitas pengolahan 30 ton per jam. Saat ini fasilitas tersebut masih dalam tahap stabilisasi operasional dan diperkirakan membutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk mencapai performa optimal.
“Kontribusi PKS baru ke produksi semester II/2025 masih cenderung terbatas. Untuk sementara kami masih mengandalkan PKS yang sudah ada,” jelas Rizka.
Meski kontribusi awal belum maksimal, kehadiran PKS baru akan menjadi penopang penting pertumbuhan BWPT ke depan. Fasilitas ini diharapkan meningkatkan efisiensi logistik, mengurangi biaya transportasi TBS, dan memperbesar kapasitas olahan di wilayah Kalimantan Timur.
Dengan kombinasi permintaan kuat, harga stabil, dan ekspansi kapasitas, BWPT menatap semester II/2025 dengan optimisme. Perusahaan juga akan terus memanfaatkan peluang pasar domestik dan internasional untuk memperkuat posisi di industri sawit.







Komentar Via Facebook :