Berita / Sumatera /
Ekspor CPO Diminta Lewat Pelabuhan Lokal, ini Efeknya Buat Daerah
Kapal pengangkut CPO merapat di dermaga Pelabuhan Krueng Geukuh dan diawasi petugas Kantor Bea Cukai setempat (Dok. Serambinews.com)
Jakarta, Elaeis.co - Ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebanyak 32.000 metrik ton (MT) yang dilakukan PT Karya Tanah Subur (KTS) melalui Pelabuhan Krueng Geukuh, Lhokseumawe, menghasilkan tiga pendapatan. Yaitu bea cukai ekspor Rp 46,4 miliar, dana sawit Rp 103 miliar, dan nilai ekspor untuk eksportir Rp 484,075 miliar.
“Itu baru satu perusahaan yang kita data volume dan nilai ekspor CPO-nya ke India dan Singapura yang dilakukan melalui pelabuhan lokal di Aceh. Sedangkan jumlah pabrik kelapa sawit atau PKS di Aceh ada sekitar 35 unit,” kata Kakanwil Bea Cukai Aceh, Dr Safuadi, dikutip Serambinews.com.
Dijelaskannya, dana sawit yang diambil dari kegiatan eskpor akan dikembalikan ke Aceh dalam bentuk program replanting (peremajaan) tanaman kelapa sawit.
“Dari satu perusahaan PKS yang melakukan ekspor saja Aceh bisa mendapat dana pembinaan tanaman kelapa sawit senilai Rp 103 miliar. Kalau ada beberapa perusahaan lagi yang melakukan ekspor CPO-nya melalui pelabuhan di Aceh, maka nilai pengembalian dana pembinaan tanaman kelapa sawitnya menjadi lebih besar,” tukasnya.
Safuadi mengatakan, belum semua PKS di Aceh mengekspor CPO karena banyak juga yang menjual ke Pertamina untuk bahan camburan biosolar dan pabrik minyak goreng curah di Sumut. Apalagi saat ini harga bahan baku minyak mentah mahal, maka CPO menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi impor bahan baku solar.
“Tahun depan diharapkan PKS yang selama ini mengekspor CPO lewat Pelabuhan luar Aceh bisa membangun tangki penimbunan di Pelabuhan Krueng Geukuh, Lhokseumawe seperti PT KTS. Karena Pelabuhan Krueng Geukuh sudah kondusif untuk pelaksanaan kegiatan ekspor CPO,” jelasnya.
Kepala Perwakilan BI Aceh, Achris Sarwani menambahkan, selain PT KTS yang sudah melakukan ekspor CPO dari Pelabuhan lokal, masih ada satu perusahaan lagi yang mengekspor CPO dari pelabuhan Calang, Aceh Jaya, yaitu Sari Dumai Sejati ke India. Nilai ekspornya tahun ini menurun, hanya berkisar USD 176.693,53 atau setara Rp 2,5 miliar. Sementara pada tahun lalu mencapai USD 5.021.261,17 atau Rp 72,808 miliar.
Dia menyarankan PKS yang memiliki kebun kelapa sawit di wilayah Aceh, hendaknya dalam melaksanakan kegiatan ekspor melalui pelabuhan lokal. Langkah itu agar dana pembinaan sawit dari kegiatan ekspor CPO dikembalikan ke Aceh.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah mengatakan, saat ini ada 35 unit pabrik kelapa sawit yang masih produktif dan beroperasi, tersebar di sejumlah kabupaten/kota di Aceh. Di Aceh Tamiang, ada tujuh PKS, Bireuen 2 PKS, Aceh Utara 2 PKS, Aceh Timur 3 PKS.
Lalu di Aceh Barat 2 PKS, Aceh Jaya 2 PKS, Nagan Raya 6 PKS, Abdya 2 PKS, Aceh Selatan 1 PKS, Aceh Singkil 6 PKS, dan Kota Subulussalam 1 PKS. “Dari 35 PKS yang beroperasi di Aceh, baru dua PKS yang melakukan ekspor CPO dari pelabuhan lokal,” tutupnya.







Komentar Via Facebook :