Bengkulu, elaeis.co - Kebijakan pemerintah menurunkan tarif bea keluar cangkang sawit pada Januari 2022 lalu ternyata tak membuat kegiatan ekspor komoditas itu makin meningkat di Bengkulu. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu mencatat kegiatan ekspor cangkang sawit melalui Pelabuhan Pulau Baai sepanjang tahun 2022 ini mengalami penurunan sebesar 42,16 persen dibandingkan 2021 lalu.

Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir Win Rizal mengatakan, kegiatan ekspor cangkang sawit di Bengkulu sepanjang Januari-Oktober 2022 tercatat hanya US$ 2,763 juta, turun dibanding periode yang sama di 2021 yang mencapai US$ 4,7 juta. Penurunan tersebut sepertinya akibat sulitnya perusahaan memindahkan cangkang kelapa sawit ke kapal pengangkut.

"Kemungkinan karena bongkar muat cangkang kelapa sawit ke kapal terganggu," kata Win, kemarin (13/12).

Kendala tersebut muncul disebabkan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang saat ini masih sulit diperoleh di Bengkulu. Akibatnya truk pengangkut cangkang kelapa sawit terhambat beraktivitas.

"Mungkin itu yang jadi penyebab ekspor cangkang kelapa sawit masih belum maksimal pada tahun ini," tukasnya.

Sementara itu, Penanggung Jawab PT Inti Persada, salah satu eksportir cangkang di Bengkulu, Ali Akbar mengatakan, akibat solar sulit diperoleh supir truk, menyebabkan layanan angkutan cangkang sawit ke atas kapal tongkang di Pelabuhan Pulau Baai Kota Bengkulu menjadi terganggu. Saat ini baru cangkang yang terangkut baru 70 persen dari total 8.500 ton.

"Tidak lancarnya pasokan solar di Bengkulu membuat banyak jasa angkutan truk tak beroperasi, akibatnya cangkang sawit belum semuanya diangkut ke kapal tongkang," katanya.

"Biasanya truk standby di sini. Tapi karena sulit solar, banyak truk yang antri di SPBU menunggu giliran dapat solar subsidi," tutupnya.