Berita / Internasional /
Ekspor Cangkang ke Jepang Buka Peluang Investasi Industri Pellet
Penandatanganan perjanjian kerja sama pembelian cangkang sawit antara pemasok dari Indonesia dengan pengusaha Jepang. Foto: Kemenperin
Jakarta, elaeis.co - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu perluasan pasar produk turunan kelapa sawit, salah satunya ekspor biomassa cangkang sawit ke Jepang. Cangkang sawit asal Indonesia sangat diminati oleh pasar Jepang untuk sumber energi primer yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Kami juga mendukung masuknya investasi di sektor industri hilir pengolahan cangkang sawit menjadi bahan bakar terbarukan dengan nilai kalori tinggi setelah komoditas tersebut diolah menjadi produk industri pellet biomassa dengan kerapatan energi yang lebih tinggi,” kata Direktur Jenderal Ketahanan Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin, Eko SA Cahyanto, dalam keterangan resmi Humas Kemenperin.
Cangkang sawit merupakan biomassa potensial yang bisa diolah menjadi produk hilir. Di Indonesia, potensi produksi cangkang sawit mencapai 11 juta ton per tahun, sekitar 3,5 juta ton diantaranya diekspor dalam bentuk komoditas setengah jadi.
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab pembinaan atas sektor industri pengolahan biomassa kelapa sawit, Kemenperin melalui fasilitasi Atase Perindustrian KBRI Tokyo menggelar forum bisnis di Tokyo dan mempertemukan para pelaku usaha cangkang sawit yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (Apcasi) dengan Japan Biomass Power Association (BPA) yang berisi para investor potensial dan existing buyer cangkang sawit dari Jepang.
Forum bisnis ini bertujuan mempromosikan aspek keberlanjutan (sustainability) produk cangkang sawit asal Indonesia dan membuka peluang masuknya investasi industri pengolahan lanjut Biomassa di Indonesia. Pasar ekspor produk industri biomassa cangkang sawit asal Indonesia diharapkan dapat berkembang untuk mendukung program hilirisasi industri kelapa sawit nasional.
Salah satu peluang investasi di sektor industri pengolahan cangkang sawit adalah produksi pellet (high-energy density biomass) yang dapat meningkatkan nilai kalori cangkang sawit menjadi setara dengan batu bara antrasit (6.100- 6.400 kcal per kg). Untuk pengembangan industri pellet cangkang sawit ini masih terdapat tantangan penyediaan teknologi permesinan yang canggih, termasuk yang telah dan sedang dikembangkan oleh fabrikasi permesinan dari Jepang seperti Sumitomo, Mitsubishi, dan Ishikawajima Harima Heavy Industri.
Kegiatan forum bisnis juga menargetkan beberapa perusahaan pengembang teknologi pengolahan lanjut biomassa di Jepang untuk lebih memahami potensi nilai ekonomi yang besar dari pengolahan cangkang sawit asal Indonesia.
Kemenperin berharap, dari forum bisnis tersebut, akan terjalin penguatan kerja sama tekno-ekonomi di sektor industri energi terbarukan. Kerja sama tersebut merupakan salah satu implementasi dari Program Transisi Energi nasional, khususnya meningkatkan peran sektor industri pengguna energi untuk dapat memproduksi energi baru terbarukan dengan memanfaatkan produk samping perkebunan kelapa sawit.
Ketua Umum Apcasi, Dikki Ahmar mengemukakan, terkait aspek keberlanjutan, para pelaku usaha cangkang sawit telah menjalankan prinsip ramah lingkungan dan lestari. Bisnis cangkang juga turut membangun perekonomian masyarakat di daerah produsen cangkang sawit.
“Saat ini aspek keberlanjutan menjadi sangat penting karena semakin banyak negara pembeli produk hilir sawit, termasuk cangkang, mensyaratkan sertifikasi keberlanjutan atas produk perkebunan kelapa sawit seperti RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil),” tuturnya.
Forum bisnis tersebut berhasil membukukan kontrak penjualan cangkang sawit dengan total nilai sekitar USD 135,2 juta per tahun.
Perjanjian kerja sama itu masing-masing antara PT Jatim Propertindo dengan Hanwa & N Taiheyo Cement, PT Eka Sapta Paramita Energi dengan Semec dan Iwatani, PT Bersaudara Natural Energi dengan Thomas International Co Ltd, PT Biomas Andalan Indonesia Baik dengan PTT Pacific, serta PT Inti Persada dengan Thomas International Co Ltd.







Komentar Via Facebook :