https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Ekspor Belum Lancar, Petani Dukung Penghapusan DMO-DPO

Ekspor Belum Lancar, Petani Dukung Penghapusan DMO-DPO

Ilustrasi/Elaeis


Jakarta, elaeis.co - Domestik Maret Obligation (DMO) dan Domestik Price Obligation (DPO) dinilai petani sebagai biang kerok anjloknya harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Indonesia. Dengan demikian tentu petani setuju jika kebijakan itu dihilangkan. Terlebih jika potensinya besar untuk kelancaran ekspor CPO yang hingga kini menjadi momok para petani.

Sementara setakat ini pemerintah juga tengah membahas untuk merelaksasi DPO-DMO. Langkah ini mendapat dukungan dari petani kelapa sawit.

Seperti diutarakan Ketua DPD APKASINDO Kukar, Daru Widiyatmoko, saat ini tangki CPO di pabrik kelapa sawit (PKS) yang beroperasi di Indonesia hampir semuanya penuh. Lantaran ekspor yang belum maksimal meski pungutan ekspor (PE) sudah dihilangkan pemerintah.

"Ekspor belum lancar, masih on progres. Jadi betul tangki CPO masih penuh," ujarnya kepada elaeis.co, Jumat (22/7).

Menurutnya, DPO dan DMO itu dihilangkan, bukan hanya direlaksasi penerapan atau jumlah kuota yang ditetapkan.

"Kalau pungutan itu pengusaha sudah biasa, tapi kalau DPO dan DMO ini kan baru. Dihilangkan saja seperti yang lalu-lalu," tuturnya.

Sebelumnya dihadapan Mendag Zulkifli Hasan (Zulhas) dirinya dan petani lainnya menyampaikan unek-uneknya terkait persoalan di perkebunan kelapa sawit, terutama di provinsi Kaltim. Salah satunya yakni kebijakan penghapusan Pungutan Ekspor (PE) yang kini menjadi 0%.

"Kita sampaikan kalau bisa PE 0% itu diberlakukan hingga akhir tahun. Bukan hanya akhir Agustus nanti," ujarnya kepada elaeis.co, Kamis (21/7) kemarin.

Permintaan itu lantaran saat ini perkebunan kelapa sawit tengah memasuki panen raya. Dimana musim ini jumlah produksi kebun petani akan melimpah. Sementara ini akan berlangsung hingga akhir tahun mendatang.

"Jika hanya diberlakukan hingga akhir Agustus, maka petani tidak akan menikmati panen raya tadi. Sebab serapan PKS terhadap TBS petani sudah berkurang," ujarnya.

Permintaan ini kata Daru mendapat respon positif. Namun kebijakan tersebut semata-mata hanya bertujuan untuk mengosongkan tangki CPO pabrik kelapa sawit yang hampir seluruh Indonesia kondisinya penuh.

Dari pengosongan itu, dampaknya tentu serapan PKS terhadap TBS petani akan meningkat. Lantaran produksi berjalan. Jika serapan tinggi otomatis harga TBS juga akan terkerek naik.

"Saat ini sudah mulai kita rasakan dampak positifnya. Harga TBS perlahan naik sampai sekarang sudah naik Rp300/kg," ujarnya.

Malah kata Daru, Mendag menjanjikan dua pekan mendatang harga TBS akan berada di angka Rp2400/kg. 

"Ini angin segar bagi petani. Mudah mudahan tidak berhenti diangka Rp2400/kg namun kembali menyentuh angka Rp3500/kg seperti kemarin," tandasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :