Berita / Sumatera /
Efek Harga, Ribuan Hektare Kebun Karet Berubah Jadi Sawit
 
                Penangkaran milik H Rusbandi di Bengkulu. Foto: Ist.
Bengkulu, elaeis.co - Peningkatan harga sawit beberapa tahun terakhir belum bisa dikejar oleh komoditas perkebunan lainnya. Efeknya, banyak petani kebun non sawit mulai berubah pikiran untuk menebang tanamannya dan menggantinya dengan sawit.
Hal ini sudah dilihat sendiri oleh H Rusbandi, pemilik sekaligus Direktur Utama CV Yahyo, perusahaan penangkar bibit sawit unggul di Provinsi Bengkulu.
Kepada elaeis.co, Rabu (9/2/2022), ia bercerita tentang pengalamannya melayani penjualan bibit sawit berkualitas produksi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan ke sejumlah petani karet di Bengkulu.
"Karet itu, tahun lalu harganya memang naik, tapi enggak terlalu tinggi seperti sawit. Para petani karet mengeluhnya seperti itu ke saya," kata Sekretaris Jenderal Perkumpulan Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Indonesia (PPBTPI) ini.
Selain itu, dari cerita para petani, perkebunan karet juga punya masalah akut yang susah diatasi, yakni penyakit pestalotiopsis atau gugur daun. Para petani karet di Bengkulu sudah angkat tangan karena penyakit tersebut sangat susah dikendalikan.
"Tapi tidak ada bantuan dari pemerintah, baik daerah maupun pusat, sehingga para petani karet di Bengkulu mengambil jalan penyelesaian sendiri. Mereka ganti karet dengan sawit," bebernya.
Rusbandi mengaku tidak akan kaget bila produksi karet Provinsi Bengkulu akan jatuh hingga lima tahun ke depan dan kondisi itu diperkirakan akan mempengaruhi masa depan industri karet nasional.
Dari data yang ia miliki, tahun lalu Bengkulu telah kehilangan 3.000 hektare kebun karet yang diganti menjadi kebun sawit. Untuk tahun ini ia memprediksi jumlahnya meningkat menjadi 4.000 hektare. Salah satu indikasinya adalah pemesanan bibit sawit oleh para petani karet ke penangkaran milik Rusbandi.
"Saya tidak tahu apakah ada data pembelian dari petani karet di penangkaran bibit sawit lainnya. Tapi yang saya lihat, fenomena ini juga terjadi di Sumatera Selatan, Riau, Lampung, dan provinsi lainnya," kata Rusbandi.







Komentar Via Facebook :