Berita / Serba-Serbi /
Dulu Cuma Buat Nimbun Jalan, Sekarang Jadi Rebutan
Sekjen Apcasi, Deswan Hardjo Putra. Foto: Juan/elaeis.co
Jambi, elaeis.co - Deswan Hardjo Putra memulai bisnis cangkang sawit 12 tahun lalu di Dumai, Riau. Cangkang sawit dia kumpulkan dari berbagai pabrik kelapa sawit (PKS) dan di awal-awal berjalan, usahanya belum mendatangkan untung besar.
Seiring berjalannya waktu, bisnis cangkang yang dulunya tak banyak dilirik orang kini telah menghantarkannya ke pintu kesuksesan. Sejauh ini bisnis cangkang Deswan sudah melebar ke berbagai provinsi diantaranya Jambi dan Bengkulu.
"Awalnya itu dapat pesanan cangkang dari Thailand, untuk pemanfaatan biomassa, sebagai bahan baku energi. Langsung saya kumpulkan. Dulu tak ada orang memanfaatkannya, hanya dipergunakan untuk menimbun jalan," kata pria kelahiran Bengkulu itu kepada elaeis.co.
Di awal usahanya, cangkang yang diekspor masih sedikit. "Saat itu tak banyak, sekitar 5 ribu sampai 10 ribu ton," ujar Sekjen Asosiasi Pengusaha Cangkang Indonesia (Apcasi) dua periode itu.
Belakangan dia mengetahui kalau cangkang pesanan Hybrid Energy, perusahaan di Thailand, ternyata dijual lagi ke perusahaan raksasa Jerman, Redbull. Dia lantas mencari jalan dan kini perusahaannya, PT Bersaudara Natural Energi (BNE), telah mengekspor jutaan ton cangkang per tahun ke berbagai negara di Asia dan Eropa.
"Sekarang sudah berkembang, banyak negara yang menyukai cangkang. Thailand termasuk yang banyak mengimpor lewat 6 perusahaan besarnya, saya salah satu koresponden mereka di Indonesia," sebutnya.
Setelah pasar berkembang, pemain baru di bisnis cangkang pun bermunculan dan tak jarang terjadi permainan harga dari pihak-pihak tertentu.
"Kalau saya ingat-ingat, dulu cangkang harganya sekitar Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu per ton. Kadang kita ambil dulu dari PKS dan pembayaran di belakang, nggak masalah. Sekarang, pembayaran harus dimuka," bebernya.
Sekarang harga cangkang, katanya, malah hampir sama dengan TBS. Padahal produksi cangkang cuma 7 persen dari pengolahan TBS.
"Tapi itulah namanya prinsip ekonomi, ada permintaan ya ada penawaran. Makanya kita dorong terus agar pembelian cangkang itu ada regulasinya yang jelas," tukasnya.
"Kalau sejauh ini yang lebih baik iklim usahanya saya rasa di Bengkulu. Di sana tinggal sedikit lagi akan segera keluar peraturan yang mendukung bagi iklim usaha yang lebih baik. Harapan kami hendaknya begitu jugalah untuk semua daerah lainnya," tambahnya.







Komentar Via Facebook :