https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Dugaan Permainan Pabrik Bikin Petani Lemas

Dugaan Permainan Pabrik Bikin Petani Lemas

Kredit Foto: Reuters


Pekanbaru, elaeis.co - Sejatinya sudah ada 5 pabrik kelapa sawit (PKS) di Indragiri Hulu yang telah dilaporkan perwakilan petani ke Polda Riau. Sementara informasinya akan ada 18 PKS lagi yang juga akan turut dipolisikan.

Namun hingga saat ini laporan tersebut dinilai belum menunjukkan efek positif bagi petani. Malah harga tandan buah segar (TBS) juga masih terus melorot.

"Petani sudah lemas dan pasrah. Sekarang di lapangan harga sawit hanya Rp1.900-Rp2.300/kg di PKS," kata Yanto Efendi salah satu petani kelapa sawit di Inhu saat berbincang bersama elaeis.co, Senin (9/4).

Dia mengatakan, sebelum tutup operasi di libur lebaran kemarin, harga TBS di wilayahnya masih berada di angka Rp2.500/kg.

Kondisi ini tentu sangat menyulitkan petani kecil yang hanya memiliki kebun kelapa sawit seluas 2 hektar. Padahal kebun tersebut adalah penopang kebutuhan sehari-hari petani.

Bukan hanya petani yang memprihatinkan, kondisi serupa juga dialami para buruh yang menggantungkan hidupnya di kebun kelapa sawit.

Sebab, petani cenderung memilih merawat kebunnya sendiri. " Yang biasanya panen diupahkan sekarang dikerjakan sendiri. Otomatis buruh gak ada lagi kerjaan dan pengangguran meningkat," katanya.

Uda Yan, begitu panggilan akrabnya mengatakan cukup kecewa dengan prediksi yang berharap harga TBS meningkat usai liburan lebaran 2022 kemarin. Hari yang ditunggu-tunggu justru malah terbalik, harga TBS malah kembali rontok.

"Kita optimis satgas pangan dapat mengurai kondisi ini. Asal jangan ada kong kalikong dengan para pengusaha itu," tuturnya.

"Yang kita khawatirkan petugas di lapangan justru tergiur dengan iming-iming agar permasalahan ini tidak dibesar-besarkan. Padahal sudah sangat menyengsarakan masyarakat," imbuhnya.

Yan mengaku tidak terlalu mengerti peyebab penurunan harga ini. Namun dari dugaannya adalah menumpuknya TBS dan hasil produksi PKS yang tidak bisa keluar lantaran ada kebijakan larangan ekspor bahan baku dan minyak goreng oleh pemerintah.

"Kita berharap kondisi ini tidak berlarut-larut sehingga perekonomian masyarakat tetap bagus," tandasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :