Berita / Nusantara /
DMSI Ingin Masuknya Investasi Internasional Perkuat Petani Swadaya
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga.
Jakarta, Elaeis.co - Potensi dan kapasitas jutaan petani sawit swadaya di Indonesia diketahui belum tergali optimal. Posisi mereka, dengan luas kebun sawit sekitar 6,72 juta hektar (ha), masih begitu lemah ketika harus berhadapan dengan pihak pengelola kelapa sawit (PKS).
"Karena itu saya ingin mengundang dana atau investasi internasional agar kebun sawit smallholders atau petani swadaya yang luasnya 6,72 juta hektar itu mendapat perhatian," kata Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga, Rabu (4/8) pagi.
Sahat menyebutkan, potensi petani swadaya Indonesia itu akan dituangkan di dalam sebuah makalah berbahasa Inggris dan akan disampaikan dalam acara Dubai Expo beberapa waktu yang akan datang.
"Saat ini saya lagi merumuskan makalah itu," kata pengurus Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) ini.
Ia lalu menyebutkan sejumlah alasan kenapa investasi internasional diundang masuk untuk membantu penguatan petani swadaya.
"Pertama, agar petani sawit swadaya kita bisa lebih produktif. Kalau selama ini kemampuan mereka hanya bisa menghasilkan rata-rata antara 6-10 ton TBS per hektar per tahun, maka kita harapkan dengan masuknya investasi internasional menjadi 20 ton TBS per hektar per tahun," kata Sahat.
Tentu hal itu bisa diperoleh jika tanaman sawit rakyat sudah diremajakan. "Peningkatan kapasitas sawit itu ya dengan jalan rejuvenation atau peremajaan, dengan menggunakan bibit unggul dan tersertifikasi plus penerapan good agriculture practice yang benar," Sahat menambahkan.
Yang kedua, Sahat menyebutkan dengan mengundang investasi internasional maka kemungkinan besar petani swadaya punya kemampuan manajemen yang baik dalam mengelola kebun dan hasil kebun sawit.
"Sehingga akan mampu memberikan kontribusi penurunan emisi gas rumah kaca atau GRK berkisar 34 juta Ton CO2eq per tahun, yang dapat juga dibeli oleh perusahaan asal Jepang, Eropa, dan China yang memang memerlukan carbon credit," kata Sahat.
Ia menilai isu emisi GRK pun harus bisa dikenal dan dipahami oleh petani sawit swadaya. Sebab, masih banyak pihak di luar negeri yang selalu mengaitkan sawit dengan isu lingkungan.
"Namun intinya, semua benefit itu bisa diperoleh petani dan menguatkan posisi mereka dalam peta industri perkebunan sawit nasional," tegas Sahat Sinaga.







Komentar Via Facebook :