https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Digagas DMSI, Pelalawan Bakal Punya Pabrik Sawit Ramah Lingkungan. Ini Sederet Kelebihannya... 

Digagas DMSI, Pelalawan Bakal Punya Pabrik Sawit Ramah Lingkungan. Ini Sederet Kelebihannya... 

Ketua Umum DMSI, Sahat Sinaga, saat memaparkan rencana PO Mill yang akan dibangun di Pelalawan. Foto: Aziz


Pekanbaru, elaeis.co - Kalau rencana ini kesampaian, Pelalawan Provinsi Riau, bakal menjadi kabupaten pertama di Sumatera yang memiliki Pabrik Kelapa Sawit  modern ramah lingkungan. 

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Sahat Sinaga mengistilahkan pabrik berteknologi dry-process itu dengan Pasteurizing & Degumming Palm Fruit Oil (PaDePFO).

Dua hari lalu, lelaki 79 tahun ini menghamparkan seperti apa PaDePFO itu di hadapan Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdakab Pelalawan, Zulkifli. 

Kebetulan lelaki ini yang ditugasi Bupati Pelalawan, Zukri, untuk memimpin pertemuan yang juga dihadiri oleh Kadis Perikanan Pelalawan, Syahrul Syarif itu. 

Kepala Desa Segati, Heri Sugiyanto dan sejumlah warganya juga ada di ruang rapat di lantai dua kantor Bupati Pelalawan itu.  

Sahat pun mengatakan bahwa PaDePFO yang rencananya bakal dibangun oleh kelompok tani di kawasan Desa Segati Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan itu ramah lingkungan lantaran mampu menurunkan emisi karbon hingga satu ton CO2 eq per satu ton minyak sawit yang dihasilkan. 

Kalau PKS yang ada sekarang, emisi karbon yang dihasilkan masih 1.296,1 kilogram CO2 eq per satu ton minyak sawit. Soalnya teknologinya masih wet process

Lantaran itu pula, umumnya pabrik-pabrik kelapa sawit semacam ini, areal dalam nya akan kelihatan jorok dan berminyak. Ini terjadi akibat pemakaian air atau steam yang banyak.  

Kondisi ini berbanding terbalik dengan PO Mill yang disodorkan Sahat. Sudahlah ramah lingkungan dan bersih lantaran tidak menggunakan air atau steam, micro-nutrient content yang dihasilkan pabrik ini pun masih 92-96 persen tinggal di dalam minyak. Beda dengan PKS wet process yang hanya meninggalkan 43-48 persen.   

"Pabrik yang ada saat ini memakai pola sterilisasi, yang akan kita bangun adalah sistim PO Mill Degummed Palm Mesocarp Oil (DPMO). Pakai pola pasteurisasi. Jadi dia tidak menghasilkan limbah Palm Oil Mill Effluent (POME)," lelaki 79 tahun ini mengurai.      

Sahat tidak datang sendirian. Ayah tiga anak ini ditemani oleh dua orang timnya; Batara Muda Nasution dan Roma Kristian. 

Ongkos olah TBS pada pabrik dry process ini pun kata Sahat lebih rendah, hanya Rp147 perkilogram ketimbang wet processing yang mencapai Rp189 perkilogram. 

Sahat menyebut, pabrik dry process ini tidak hanya akan dibangun di Pelalawan, tapi juga di Wajo Sulawesi Selatan, Seruyan Kalimantan Tengah dan Sambas Kalimantan Barat. 

Gara-gara semua yang diurai Sahat itulah makanya Zulkifli langsung kepincut. "Saya salut dengan Pak Sahat ini, sudah sepuh tapi masih punya semangat tinggi untuk menularkan hal-hal yang baik. Sulit mencari sosok semacam ini," Zulkifli memuji. 

Lelaki ini pun berharap agar semua pihak mendukung hadirnya pabrik besutan Sahat itu di Pelalawan. Sebab menurut dia, pabrik semacam inilah yang dicari oleh Indonesia dan dunia terutama untuk merubah posisi petani sawit dari level object menjadi subject

"Pabrik ini menjadi langkah awal mereformasi PKS yang ada sekarang dalam rangka menyelamatkan lingkungan. Itu kalau kita mau serius," ujarnya. 

Di Pelalawan, Sahat tidak hanya memaparkan keunggulan pabrik yang akan dibangun itu. Dia juga langsung meninjau lokasi pendirian pabrik itu di Segati. Ali Kodri, seorang tokoh masyarakat Segati yang menemani. 

Sama seperti Zulkifli, Ali juga sangat berharap pabrik yang dibilang Sahat tadi bisa segera dibangun di desa nya. "Selain akan meningkatkan taraf hidup petani, pabrik ini juga menyelamatkan lingkungan. Untuk itu, saya sangat berharap pemerintah daerah mendukung berdirinya pabrik ini," pinta Ali. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :