Berita / Sumatera /
Dicecar Mahasiswa Soal Nasib Petani, Begini Penjelasan Buya Mahyeldi
Gubernur Sumatera Barat (sumbar), Buya Mahyeldi, menerima audiensi perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Barat
Padang, elaeis.co - Gubernur Sumatera Barat (sumbar), Buya Mahyeldi, menerima audiensi perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa Sumatera Barat (BEM SB) di Ruang Rapat Gubernuran.
Aktifis mahasiswa tersebut bertemu gubernur untuk membahas dan memperjuangkan nasib petani di Sumatera Barat. Sejumlah pertanyaan dilontarkan. Termasuk soal inflasi, produktivitas pertanian, harga beras, kenaikan BBM, subsidi pupuk, hingga harga tandan buah segar (TBS) sawit.
Buya menyampaikan terima kasih atas kepedulian Aliansi BEM SB terhadap kondisi terkini petani.
Terkait kenaikan inflasi, menurutnya, Pemprov Sumbar telah mengadakan berbagai iven untuk menggerakkan perekonomian. Selain mengadakan pasar murah secara serentak di bulan September, Sumbar juga menghelat iven nasional seperti MTQ Korpri dan Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS). Seluruh dinas diwajibkan melaksanakan minimal 3 buah iven nasional maupun regional.
"Banyaknya iven di Sumbar akan membuat banyak pengunjung datang kemari. Hal tersebut sangat berdampak pada peningkatan laju perekonomian di Sumbar," jelas Buya dalam keterangan resmi Diskominfotik Sumbar.
Untuk produktivitas pertanian, Pemprov Sumbar saat ini tengah fokus mengelola produksi madu murni baik dari jenis madu kelulut (galo-galo) maupun madu jenis apis.
"Madu bisa diolah menjadi berbagai jenis produk mulai dari propolis, bee pollen, hingga sabun mandi. Dinas Kehutanan telah berhasil memberdayakan petani hutan dengan berternak madu kelulut hingga mencapai 4.500 stup atau kotak sarang," ungkapnya.
Dia juga menjelaskan produksi beras Sumbar yang mengalami surplus hingga 600 ribu ton pada tahun 2021.
"Beras kita banyak dibeli oleh Kepulauan Riau dan Provinsi Riau serta beberapa restoran dan rumah makan di Jakarta. Itu menandakan berapapun produksi beras kita, akan diserap oleh pasar," bebernya.
Subsidi pupuk juga menjadi persoalan yang menjadi perhatian Pemprov Sumbar. Menyiasati mahalnya harga pupuk kimia, dia menyarankan untuk beralih menggunakan pupuk substitusi.
"Guna mensubsitusi kekurangan pupuk, kami melatih masyarakat di sekitar pasar untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik dan melakukan budidaya magot," sebutnya.
Terkait harga sawit, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setdaprov Sumbar, Warda Rusmen, mengakui anjloknya harga TBS di tingkat petani.
Harga TBS pada minggu ketiga Juli 2022 di tingkat pabrik di Sumbar turun menjadi Rp 1.900/kg . Sedangkan harga di tingkat pekebun swadaya yang mengelola perkebunan rakyat sempat anjlok di bawah Rp 500/kg.
Untuk melindungi harga TBS, dia menyarankan petani swadaya membentuk kelembagaan sebagai syarat untuk bermitra dengan perusahaan. Kelembagaan tersebut dapat berbentuk kelompok tani, koperasi, atau BUMDes.
Hanya dengan bermitra dengan perusahaan maka harga TBS petani akan terjamin. Sebab kedua pihak akan terikat oleh perjanjian kerja sama.
"Kami terus mendorong agar petani membentuk kelompok dan bermitra dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit," ujarnya.







Komentar Via Facebook :