Berita / Sumatera /
Dianggap Jadi Hama, Siska Tidak Berjalan Maksimal di Riau
Ilustrasi - sapi berkeliaran di dalam kebun sawit. Dok.elaeis
Pekanbaru, elaeis.co - Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (Siska) yang merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan belum berjalan maksimal di provinsi Riau. Malah sapi sendiri dianggap menjadi hama di sektor komoditi andalan indonesia tersebut.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, Masrul Kasmy kepada elaeis.co menjelaskan anggapan sapi adalah hama perkebunan sawit itu diungkapkan oleh perusahaan - perusahaan kelapa sawit skala besar yang ada di Bumi Lancang Kuning. Sehingga tantangan Siska justru muncul dari para perusahaan kelapa sawit itu sendiri.
"3,8 juta hektar kelapa sawit yang ada di Riau ini mayoritas merupakan perkebunan perusahaan. Nah perusahaan menganggap sapi sebagai hama. Ini mengapa konsep Siska tidak berjalan maksimal di Riau," ujarnya Senin (29/4).
Lantaran menganggap sapi menjadi hama kata Masrul, maka perusahaan tadi tidak memperkenankan pengembangan sapi di kebun milik mereka. Padahal jika ditelisik dari regulasi yang ada, Siska dikembangkan pada perkebunan kelapa sawit dengan tanaman yang suda berumur 10 tahun.
"Kalau umur 10 tahun, tanaman kelapa sawit itu sudah tinggi. Artinya sangat minim jika sapi akan merusak pelepah dan sebagainya," bebernya.
Padahal lanjut dia lagi, banyak keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan dengan integrasi sapi ini. Misalnya kotoran sapi dapat menjadi pupuk organik bagi tanaman sawit. Lalu limbah pabrik dapat diolah menjadi pakan sapi serta pengendalian rumput juga akan lebih maksimal karena akan dimakan ternak ini.
"Jadi ada pandangan yang keliru saja dari para perusahaan ini. Nah upaya kita saat ini, kita akan dorong berikan pemahaman konsep integrasi ini," imbuhnya.
Bicara potensi, hitungan Masrul sekitar 1,7 juta ekor sapi dapat dikembangkan di perkebunan kelapa sawit Riau. Potensi ini sangat besar untuk menunjang kebutuhan masyarakat terkait daging sapi itu sendiri.
Sementara fakta di lapangan, memang ada petani yang sudah mengembangkan sapi di perkebunan sawit. Namun, ada juga yang masih "kucing-kucingan" dengan perusahaan. Malah terjadi pula ternak sapi di tangkap sampai dibunuh pihak perusahaan karena memasuki wilayah perkebunan mereka.
Namun ada pula perusahaan yang memang mengembangkan ternak sapi namun tidak memalui konsep Siska tersebut. Hanya dengan konsep perusahaan dengan karyawan.
"Kita akan upayakan sosialisasi agar perusahaan paham tentang manfaat Siska ini. Sehingga program ini dapat berjalan maksimal di Riau," tandasnya.







Komentar Via Facebook :