https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Di Bengkulu, Kopi Dinilai Lebih Menguntungkan Dibanding Sawit

Di Bengkulu, Kopi Dinilai Lebih Menguntungkan Dibanding Sawit

Sawit ditanam di kebun kopi. foto: ist.


Bengkulu, elaeis.co - Sama-sama komoditas ekspor, namun harga sawit dan kopi sangat jomplang.

Di Bengkulu, harga komoditas kopi telah mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai Rp 30 ribu per kilogram. Sementara harga kelapa sawit hanya sebesar Rp 1.700 per kilogram. 

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Bengkulu, Jakfar mengatakan, harga kopi saat ini lebih menguntungkan dibandingkan kelapa sawit. Padahal kedua komoditas ini sama-sama memiliki pasar yang besar.

"Kami mengamati dengan seksama pergerakan harga kopi dan kelapa sawit dalam beberapa waktu terakhir. Kami melihat bahwa harga kopi telah mencapai level yang cukup tinggi, sementara harga kelapa sawit tak sampai Rp 2.000 per kilogram. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini komoditas kopi lebih menguntungkan bagi petani dibandingkan kelapa sawit," ungkapnya, Sabtu (8/7).

Selama beberapa tahun terakhir, kelapa sawit telah menjadi komoditas unggulan bagi Indonesia. Namun, harga yang stagnan dan rendah membuat banyak petani kelapa sawit mulai mencari alternatif lain. Harga kopi yang terus meningkat menjadi pilihan menarik bagi para petani, karena dapat memberikan keuntungan finansial yang lebih baik dalam jangka pendek.

"Kami sedang menghadapi tantangan dalam industri kelapa sawit akhir-akhir ini. Harga yang rendah membuat banyak petani kesulitan untuk memperoleh penghasilan yang memadai. Melihat harga kopi yang terus meningkat, beberapa petani mulai mempertimbangkan untuk beralih ke tanaman kopi sebagai alternatif yang lebih menguntungkan," ungkap salah satu petani kelapa sawit di Bengkulu Utara, Budi Santoso.

Selain faktor harga, permintaan pasar juga menjadi pertimbangan penting. Meski sama-sama memiliki pasar yang besar, namun permintaan kopi cenderung lebih stabil bahkan meningkat secara global. 

"Harga kopi yang terus meningkat merupakan refleksi dari permintaan pasar yang kuat. Banyak negara-negara mengalami peningkatan konsumsi kopi, dan Indonesia sebagai produsen kopi terbesar ketiga di dunia dapat memanfaatkan peluang ini. Harga kopi yang lebih tinggi memberikan peluang bagi para petani untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar," kata ahli ekonomi Bengkulu, Kamaludin.

Perubahan iklim dan kebijakan pemerintah juga turut mempengaruhi pilihan petani. Kelapa sawit sering dikaitkan dengan dampak lingkungan yang negatif, seperti deforestasi dan kerusakan habitat. Sebagai tanggapan, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih ketat terkait perizinan dan pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

Hal ini membuat beberapa petani melihat tanaman kopi sebagai alternatif yang lebih berkelanjutan secara lingkungan. "Kami melihat peluang yang baik dalam budidaya kopi. Tidak hanya karena faktor harga yang menguntungkan, tetapi juga karena kopi dinilai lebih ramah lingkungan," jelasnya.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kami melihat peningkatan kesadaran konsumen akan keberlanjutan dan kualitas produk. Kalau melihat fenomena ini, sepertinya kopi akan memberikan manfaat jangka panjang bagi petani dan lingkungan," tambahnya.

Dia mengakui tidak mudah bagi petani sawit beralih ke kopi. Sebab kopi butuh perawatan yang berbeda dan waktu yang lebih lama untuk menghasilkan panen.

"Tapi petani bisa mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi usaha dengan menanam kopi. Meskipun tantangannya ada, petani harus yakin bahwa langkah ini dapat memberikan keuntungan jangka panjang," pungkasnya.
 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :