Berita / Sumatera /
Desanya Berdekatan, Tapi Kok Harga Sawitnya Beda?
Hamparan sawit warga Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. (Foto: Jansen/Elaeis)
Langkat, elaeis.co - Sawit selalu menjadi pembicaraan di tengah masyarakat. Apalagi saat ini harganya yang kian meningkat membuat banyak petani berlomba-lomba meningkatkan produksi sawitnya.
Perbedaan harga juga sering menjadi pembicaraan antar petani. Kendati satu daerah, belum tentu harga yang dibeli tengkulak sama. Seperti yang terjadi di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
"Kalau di sini (Langkat), sudah barang pasti lebih mahal harga sawit di pabrik dari pada dibeli toke (tengkulak)," kata Mujari, petani sawit Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat saat berbincang dengan elaeis.co, Rabu (6/4).
Namun, yang membikin petani Stabat geram, ada perbedaan harga sawit dari tengkulak.
“Sawit saya di Desa Karang Rejo seluas 1,5 hektare sama juga luasnya di Kelurahan Suka Ramai, tapi harganya beda-beda, 2 minggu yang lalu di Karang Rejo harga per kilonya Rp2.600 dan sekarang saya manen harganya naik jadi Rp2.700,” kata dia.
Namun, harga sawit di Kelurahan Suka Ramai mengalami penurunan yang jauh. Alasan toke sawit, karena rendemen sawit anjlok di Suka Ramai.
“Kalau sawit di simpang bengkel di Suka Ramai itu, udahlah harga awalnya Rp 2.550/kg, turun lima puluh perak jadi Rp 2.500/kg, alasan agennya sih rendemennya rendah kali, jadi diturunkan harga sawit kami,” kata dia.
“Kadang harga sawit diturunkan juga alasannya untuk beli sirup buat Idul Fitri, misalnya sawitnya biasanya manen satu ton dikasih satu lusin sirup,” pungkasnya.







Komentar Via Facebook :