Berita / Dewandaru /
Depopulasi Sapi, Ancaman dan Peluangnya
Wayan Supadno saat membeli indukan sapi. foto: dok pribadi
Menurunnya jumlah populasi (depopulasi) sapi akan jadi kenyataan jika pemerintah tidak cepat mencari alternatif sumber impor selain dari Australia. Misalnya dari Brazil atau Meksiko.
Ini karena jumlah populasi sapi Indonesia hanya 17 juta ekor sementara jumlah penduduk 274 juta. Pertumbuhan permintaan sapi 4,6% per tahun, sementara pertumbuhan jumlah produksi hanya 1,3% per tahun.
Selama ini, untuk menutupi kekurangan, impor sapi dan daging dilakukan setara dengan sapi hidup 1,5 juta ekor per tahun.
Walau impor, artinya masih ada solusi demi menjaga populasi sapi Indonesia. Tanpa itu, maka sudah lama terjadi depopulasi sapi.
Bagaimana dengan sekarang dan ke depannya?
Pasti akan jadi kesulitan serius, siapapun yang menjabat pasti tidak mampu jika dalam waktu beberapa tahun ditarget harus swasembada sapi. Terkecuali ada upaya khusus yang diperhitungkan secara cerdas dan strategis.
Masalahnya, selama ini fase pembibitan (breeding) 98% hanya dipercayakan kepada masyarakat. Sementara PT Berdikari (BUMN) yang punya tupoksi untuk itu --- dibekali lahan 6 ribu hektar lebih di Sulawesi Selatan (Sulsel) dan ribuan ekor sapi --- hanya melahirkan utang dan masalah saja. Bukan melahirkan sapi.
Alternatif solusinya, muncul terus data impor, salah satunya 1,5 juta ekor.
Jika targetnya swasembada --- nol impor --- maka harus punya indukan tambahan sebanyak yang bisa melahirkan.
Kalau hanya jantan saja 1,5 juta ekor, otomatis secara bersamaan lahir pula pedet betina 1,5 juta ekor. Maka totalnya harus lahir 3 juta ekorper tahun.
Jika rasio normatifnya 80% indukan yang melahirkan, maka setara minimal harus ada penambahan indukan 3,6 juta ekor.
Angka-angka ini mutlak harus dipenuhi. Kalkulasi logisnya seperti itu.
Anggaran yang dibutuhkan sapi bakalan indeksnya Rp17 juta per ekor, kandang Rp3 juta per ekor dan lahan gembala Rp10 juta per ekor. Itu jika di luar jawa.
Alhasil total dana investasi yang dibutuhkan Rp30 juta per ekor x 3,6 juta ekor = Rp 108 trilyun. Empiris breeder.
Sapi adalah sumber protein yang vital, jika kekurangan, dampaknya bisa fatal, stunting akan naik terus.
Sapi juga berkait dengan budaya nuansa kecukupan, saat Idul Fitri dan Idul Adha misalnya, permintaan besar sekali.
Mestinya semua pemda punya tanggung jawab dan terpanggil untuk ikut mengatasi masalah ini. Caranya tentu, mau mengalokasikan anggaran untuk membiakkan sapi.
Begitu juga swasta, apalagi Bumdes, banyak yang belum berjalan karena belum tahu obyek usahanya.






Komentar Via Facebook :