https://www.elaeis.co

Berita / Iptek /

Dengan Teknologi Sawit 4.0, Pemborosan Pupuk di Kebun Sawit Bisa Ditekan

Dengan Teknologi Sawit 4.0, Pemborosan Pupuk di Kebun Sawit Bisa Ditekan

Para pembicara di Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025. foto: ist.


Jakarta, elaeis.co – Institut Pertanian Bogor (IPB) menyodorkan konsep Sawit 4.0 dalam sesi paralel Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, Sabtu (9/8) lalu. Konsep ini mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI), satelit, dan robotika untuk mendorong produktivitas sekaligus keberlanjutan kebun sawit rakyat.

Tahap awal riset Sawit 4.0 dimulai dengan pemetaan populasi sawit berbasis AI. Teknologi ini memberikan gambaran detil tentang kondisi kebun dan jumlah pohon, sehingga data yang dihasilkan jauh lebih akurat dibanding metode konvensional. Data ini kemudian diolah melalui sistem PRECI PALM, yang memanfaatkan citra satelit untuk menentukan rekomendasi pemupukan presisi.

Hasil uji lapangan menunjukkan, pendekatan ini mampu menghemat penggunaan pupuk hingga 20 persen tanpa menurunkan produktivitas panen. Efisiensi ini sangat penting bagi petani sawit rakyat yang selama ini menghadapi tantangan biaya input produksi yang terus meningkat.

Inovasi kedua antara lain, rekomendasi pemupukan dari PRECI PALM dieksekusi menggunakan FASTREX, mesin presisi yang berfungsi ganda sebagai pemupuk sekaligus transporter. Perangkat ini bekerja dengan integrasi penuh terhadap data digital, sehingga pupuk didistribusikan secara tepat dosis dan lokasi. Hasilnya, pemborosan pupuk bisa ditekan, dan distribusi nutrisi lebih merata di seluruh kebun.

Rektor IPB University, Arif Satria, menegaskan bahwa manfaat Sawit 4.0 tidak hanya terbatas pada Indonesia. “Added value dari inovasi-inovasi IPB tidak hanya berpengaruh kepada Indonesia, tetapi juga bisa diadopsi di negara-negara penghasil sawit lain,” jelasnya dalam keterangan dikutip Rabu (13/8).

Sementara itu, pemerintah melalui Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Pascapanen Kementan juga menegaskan dukungan terhadap adopsi teknologi modern di kebun rakyat. Direktur Opik Ahmad Ropik menyatakan, kolaborasi akademisi, praktisi, dan pemerintah sangat diperlukan agar teknologi dapat diimplementasikan secara efektif.

“Adopsi teknologi sangat beragam. Kami mohon masukan dari para akademisi dan praktisi. Teknologi tepat guna yang dapat langsung dimanfaatkan petani akan kami dukung penuh,” tegas Opik.

Dukungan ini mencakup program pendampingan, regulasi pendukung, serta alokasi anggaran untuk memperluas penerapan teknologi presisi, termasuk Sawit 4.0.

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :