https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Dengan Cara Ini, BRIN Buktikan Sawit Tetap Subur di Lahan Masam Kalimantan

Dengan Cara Ini, BRIN Buktikan Sawit Tetap Subur di Lahan Masam Kalimantan


Cibinong, elaeis.co – Lahan kering masam di Kalimantan dan Sumatera biasanya dianggap 'lahan susah' untuk kelapa sawit. Tanahnya masam dengan pH rendah, miskin hara, daya simpan air rendah, dan mudah erosi. Tapi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membuktikan, lahan ini masih punya potensi jika dikelola dengan tepat.

Dalam webinar EstCrops Corner#20 bertajuk 'Menggali Potensi dan Inovasi Teknologi Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia', Kepala ORPP BRIN, Puji Lestari, menegaskan pentingnya riset untuk mendongkrak produktivitas sawit nasional. 

“Produktivitas sawit kita masih jauh dari potensi genetiknya. Riset dan inovasi jadi kunci untuk produksi yang efisien dan berkelanjutan,” kata Puji.

Tanah kering masam punya karakter unik, mulai dari rendah hara, bahan organik minim, kandungan aluminium dan besi tinggi, dan rentan kekeringan. Biasanya, tanaman cepat stres karena defisit air dan kurang nutrisi. Tapi justru di sinilah riset BRIN berperan.

BRIN menerapkan Best Management Practices (BMP) untuk mengubah lahan marginal jadi produktif. Strategi ini mencakup pemupukan 4T, tepat jenis, dosis, waktu, dan tempat konservasi air, serta penggunaan pupuk organik dan biochar. Hasilnya? Tanaman sawit bisa tetap tumbuh optimal meski tanahnya menantang.

Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN, Setiari Marwanto, menambahkan, teknologi perbenihan unggul dan pengelolaan tanah presisi menjadi kunci keberhasilan. 

Sedangkan Peneliti Ahli Utama BRIN, Suratman, menyoroti kelebihan sawit yaitu sistem perakarannya yang luas dan dalam membuat tanaman toleran terhadap tanah masam dan defisit air jangka pendek.

“Sawit punya adaptasi tinggi. Dengan pengelolaan yang tepat, lahan kering masam bisa produktif,” jelas Suratman.

BRIN tidak berjalan sendiri. Kolaborasi antara lembaga riset, sektor industri, dan akademisi dilakukan untuk menguji berbagai pendekatan ilmiah. Biochar, pemupukan berimbang, dan teknologi konservasi tanah mulai diterapkan agar sawit tetap produktif dan lahan tetap lestari.

Selain tantangan teknis, ada tantangan sosial-ekonomi yakni kelembagaan petani yang lemah, adopsi teknologi rendah, dan harga tandan buah segar yang fluktuatif. Menurut Puji, kolaborasi riset dan kebijakan menjadi jawaban agar praktik BMP bisa berjalan di lapangan.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :