Berita / Bisnis /
Dari Sawit Bisa Panen Madu Premium, Modal Sedikit Untung Gede
Muara Enim, elaeis.co – Sekarang petani bisa panen madu premium juga, modal kecil tapi cuan ganda tiap bulan dari dua sumber sekaligus.
Di tengah hamparan perkebunan sawit dan karet di Dusun III, Desa Aur Duri, Muara Enim, Sumatra Selatan, berdiri usaha yang cukup unik yakni budidaya lebah madu.
Usaha ini digawangi Bustam, pria kelahiran 1961, bersama kelompok kecilnya yang berjumlah sembilan orang, bernama Kelompok Budi Daya Lebah Madu Karya Maju Bersama.
Kelompok ini merupakan binaan Medco E&P Lematang, yang memberikan pelatihan sekaligus modal awal berupa kotak ternak lebah dan peralatan pendukung.
Bustam memulai usaha ini secara mandiri pada 2014, namun sejak mendapat pembinaan dari Medco, usahanya berkembang lebih terstruktur.
Modal yang dibutuhkan relatif terjangkau, sekitar Rp 500 ribu per kotak budi daya, sehingga peluang keuntungan yang diperoleh bisa sangat menggiurkan. Saat ini, Bustam memiliki 10 kotak ternak, masing-masing bisa menghasilkan 2 hingga 5 kilogram madu per panen.
Usaha ini mengandalkan Lebah Madu Apis Cerana, yang dapat dibudidayakan secara tradisional maupun modern. Agar lebah produktif, Bustam menanam berbagai bunga yang disukai lebah di sekitar lokasi budidaya. Ketersediaan bunga ini mempengaruhi kualitas dan jumlah madu yang dihasilkan.
Panen hanya berlangsung pada musim kemarau, Juli hingga Oktober, dengan frekuensi rata-rata setiap tiga minggu.
Selama periode panen, Bustam biasanya bisa mengumpulkan sekitar 24 kilogram per panen, dan total produksi tahun ini mencapai 170 kilogram, meski kelompoknya pernah memanen lebih dari satu ton per tahun.
Setelah dipanen, madu diproses di pondok sederhana yang berdampingan dengan lokasi budi daya. Proses pemerasan menggunakan mesin manual, kemudian madu dikemas dalam botol ukuran 450 mililiter dengan harga Rp 65 ribu.
Pasar yang dijangkau masih lokal dan melalui pesanan langsung, meski beberapa konsumen dari Pulau Jawa juga membeli.
Dengan modal relatif sedikit, untung yang diperoleh cukup besar, menjadikan budidaya lebah madu sebagai alternatif usaha yang menjanjikan bagi petani lokal.
Meski begitu, usaha ini tidak selalu mulus. Tantangan utama adalah serangan beruang madu, yang bisa menghancurkan kotak budi daya dan menghabiskan madu. Serangan terakhir terjadi pada 2022, ketika hampir seluruh kotak rusak.
Untuk mencegah kejadian serupa, Bustam kini memasang pagar seng di sekitar lokasi. Tantangan lain adalah berkurangnya anggota kelompok dari 30 menjadi 9 orang, sehingga kapasitas produksi menurun dibandingkan sebelumnya.
Ke depan, Bustam berencana mengembangkan varian madu lanceng, yang berasal dari lebah berukuran lebih kecil. Madu jenis ini menempel langsung pada kotak, tanpa sarang tambahan, dan memiliki kualitas serta harga lebih tinggi.
Meski panen membutuhkan waktu lebih lama, sekitar enam bulan untuk 10 kotak, prospek keuntungan membuat varian ini menarik untuk dijalankan.
Dari sawit, Bustam membuktikan bahwa dengan pengelolaan tepat dan modal awal minimal, bisa lahir madu premium yang bernilai tinggi. Bagi petani di Muara Enim, usaha ini bukan sekadar soal madu, tapi juga peluang ekonomi yang manis, menguntungkan, dan berkelanjutan.







Komentar Via Facebook :