https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Industri Sawit Harus Diantisipasi

Dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap Industri Sawit Harus Diantisipasi

Minyak sawit mentah (CPO) dimasukkan ke dalam tangki. Foto: Kontan/Muradi


Medan, elaeis.co - Perang antara dua negara bertetangga di Eropa Timur, Rusia dan Ukraina, membuat harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) naik drastis dalam sepekan terakhir.

"Saya mencatat pergerakan harga CPO sepekan terakhir dari RM 5.500-an per ton menjadi RM 6.400-an per ton. Ini hanya dalam sepekan," kata Gunawan Benjamin, ekonom yang juga pengajar di sejumlah kampus di Medan kepada elaeis.co, Senin (28/2/2022).

Menurutnya, lonjakan harga CPO menyebabkan harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit juga naik. 

"Tapi saya ingatkan petani, pengusaha sawit, dan pemerintah Indonesia, tidak terlena dalam situasi ini," ujarnya.

Kata dia, semua pihak di Indonesia harus bahu-membahu memitigasi dampak buruk dari perang dua negara bertetangga itu. "Perang membuat harga beragam komoditas dunia naik drastis," sebutnya.

"Tidak hanya membuat harga minyak mentah mengalami kenaikan drastis menjadi US$ 100 per barel, perang juga membuat harga biodiesel atau biosolar ikut naik," tambahnya.

Dia memprediksi harga pupuk yang sudah mahal sebelum perang akan menjadi semakin mahal.

"Makanya  semua pihak harus melihat dampak perang ini ke perekonomian nasional. Saya khawatir jika Rusia secara tiba-tiba memutuskan perdagangan, maka Indonesia berpeluang kehilangan devisa," tukasnya.

Selama ini Indonesia lebih sering mengalami surplus neraca perdagangan dengan Rusia.

"Tahun 2021 kita mencatatkan surplus berdagang dengan Rusia sebesar US$ 340,3 juta. Jadi kalau seandainya tiba-tiba perdagangan kita terhenti dengan Rusia, justru kita yang berpeluang akan dirugikan. Terlebih ekspor kita ke Rusia adalah produk non migas, termasuk produk turunan sawit," tegas Gunawan. 


 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :