Berita / Pojok /
Dampak Bioenergy Berbasis Kelapa Sawit
 
                Dekan FISIP Universitas Riau, Dr. Meyzi Heriyanto, S.Sos., M.Si. foto: ist
Oleh: Dr. Meyzi Heriyanto, S.Sos., M.Si *)
Saya sangat mendukung inisiatif pemerintah dalam mendorong bioenergy, khususnya melalui program biodiesel berbahan baku kelapa sawit.
Langkah ini merupakan bagian dari upaya diversifikasi energi dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Selain itu, pemanfaatan kelapa sawit untuk biodiesel dapat memberikan nilai tambah bagi industri kelapa sawit dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
Meningkatnya Kebutuhan CPO untuk Biodiesel:
Peningkatan kebutuhan CPO untuk biodiesel tentunya akan berdampak pada produksi kelapa sawit dalam negeri yang harus ditingkatkan. 
Ini adalah peluang sekaligus tantangan. Pemerintah dan pelaku industri harus memastikan bahwa peningkatan produksi dilakukan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.
Hal ini dapat dicapai melalui penerapan praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan, peningkatan produktivitas lahan yang sudah ada, dan pembukaan lahan baru dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologis dan sosial.
Kampanye Negatif terhadap Biodiesel:
Kampanye negatif terhadap biodiesel baik dari luar negeri maupun LSM di dalam negeri memang menjadi tantangan tersendiri. 
Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan upaya komunikasi yang lebih baik mengenai manfaat dan keberlanjutan biodiesel dari kelapa sawit.
Pemerintah dan industri perlu transparan dalam menunjukkan komitmen terhadap praktik pertanian berkelanjutan dan mematuhi standar-standar internasional seperti RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Edukasi dan kampanye positif mengenai dampak positif biodiesel terhadap lingkungan dan ekonomi juga harus ditingkatkan.
Pemahaman Manfaat Energi Baru dan Terbarukan (EBT):
Masih banyak kalangan yang belum memahami manfaat dari EBT, termasuk biodiesel berbahan baku kelapa sawit. 
Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi yang lebih intensif.
Pemerintah, akademisi, dan pelaku industri perlu bekerja sama dalam mengadakan program-program pendidikan dan penyuluhan tentang EBT.
Penyampaian informasi yang jelas mengenai keuntungan ekonomis, sosial, dan lingkungan dari EBT harus diperluas.
Selain itu, demonstrasi dan pilot project yang menunjukkan keberhasilan implementasi EBT juga dapat membantu meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini.
*) Dekan FISIP Universitas Riau







Komentar Via Facebook :