Berita / Bisnis /
CPOPC 'Ancam' Belgia
 
                Dubes Indonesia di Brussel, Andri Hadi, saat bercerita soal perdagangan sawit di Uni Eropa, termasuk Belgia. foto: ist
Jakarta, elaeis.co - Kalau Belgia tetap keukeuh dengan aturan mainnya, Council of Palm Producing Countries (CPOPC) yakin, sikap itu akan jadi pertimbangan kuat bagi pemerintah negara anggota CPOPC untuk mengkaji ulang sustainabilitas komoditas pertanian Belgia yang diimpor negara anggota CPOPC.
Itulah kalimat pamungkas yang dibikin CPOPC dalam surat protesnya ke Kerajaan Belgia, yang sudah dilayangkan kemarin. Surat itu juga diteruskan kepada pejabat berwenang di Uni Eropa.
Dalam siaran pers CPOPC yang diterima elaeis.co tadi malam, organisasi negara produsen minyak sawit beranggotakan Indonesia, Malaysia dan menyusul Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua Nugini sebagai anggota penuh ini nampak tak senang dengan cara-cara Belgia mendiskreditkan sawit. 
 
Soalnya Belgia terang-terangan membikin dan mengajukan aturan ke Uni Eropa kalau minyak sawit enggak boleh jadi sumber energi terbarukan di masa depan.
Cara tak sedap ini terkesan tidak menengok upaya anggota CPOPC menghasilkan kemajuan yang signifikan dalam memenuhi skema sertifikasi untuk memastikan mata rantai kelapa sawit yang handal dan berkelanjutan.
CPOPC juga menilai bahwa cara Belgia itu hanya berdasar pada klaim lingkungan. Di sisi lain, klaim peduli lingkungan Uni Eropa saja, malah mendukung minyak nabati lain sebagai pengganti minyak sawit yang jelas-jelas menggunakan bahan kimia dan pestisida berlebihan dan telah terbukti merusak lingkungan.
"Kerusakan gambut yang semakin memprihatinkan di Eropa juga akibat oleh kebijakan itu," begitu isi surat CPOPC itu.
Dan yang pasti kata CPOPC, apa yang dilakukan Belgia itu tidak hanya menjadi langkah mundur terhadap hubungan ASEAN dan Uni Eropa tapi juga terhadap komitmen keberlanjutan yang telah dibuat ASEAN – Uni Eropa melalui Kelompok Kerja Bersama atau Joint Working Group (JWG) untuk Minyak Nabati.
Mestinya kata CPOPC, JWG bisa dimanfaatkan untuk menetapkan definisi bersama minyak nabati berkelanjutan, termasuk untuk kedelai, kanola, dan bunga matahari. SDGs yang dibikin PBB bisa jadi tolak ukur.
Sayangnya, dalam webinar Palm O'Corner yang digelar Institut Teknologi Bandung (ITB) tadi sore, Duta Besar Luar Biasa Indonesia di Brussel, Andri Hadi, tidak menyinggung soal surat CPOPC ini meskipun dia bercerita panjang soal kelakuan orang-orang Eropa tentang kelapa sawit.







Komentar Via Facebook :