https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

CPO Terkapar, Turun Hampir 5% dalam Seminggu, Ada Apa?

CPO Terkapar, Turun Hampir 5% dalam Seminggu, Ada Apa?

Ilustrasi - Freepik


Jakarta, elaeis.co - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tengah tertekan. Penutupan perdagangan Jumat (31/10) mengonfirmasi tren melemah yang sudah terjadi sepanjang pekan.

Pelaku pasar kini bertanya-tanya, apa penyebab anjloknya harga komoditas andalan Indonesia itu?

Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Januari di Bursa Malaysia Derivatives Exchange ditutup turun 1,29% ke level MYR 4.205 per ton. Dalam sepekan, harga CPO terkoreksi cukup tajam hingga 4,89%. Catatan bulanan juga tak menggembirakan, karena sepanjang Oktober, harga CPO anjlok 4,15% dan menandai penurunan dua bulan beruntun.

“Pergerakan harga pada Jumat mengikuti pelemahan minyak sawit di Dalian,” ujar seorang trader berbasis di Kuala Lumpur, dikutip dari Reuters.

Arah harga CPO pekan ini banyak dipengaruhi pergerakan di pasar minyak nabati global. Di Dalian Commodity Exchange, kontrak minyak sawit turun 0,95%, sementara minyak kedelai teraktif merosot 0,32%. Kondisi berbeda terlihat di Chicago Board of Trade (CBOT), karena minyak kedelai justru naik tipis 0,22%.

Gerak CPO memang erat dengan komoditas minyak nabati lainnya. Karena bersaing di pasar yang sama, perubahan harga pada minyak kedelai, canola, atau sunflower oil kerap ikut menyeret harga sawit.

Faktor lain datang dari data ekonomi Tiongkok. Rilis indeks manajer pembelian (PMI) resmi menunjukkan aktivitas ekonomi Negeri Tirai Bambu kembali kehilangan momentum pada Oktober. Sebagai salah satu importir utama minyak nabati dunia, perlambatan ekonomi China otomatis menekan prospek permintaan sawit.

Sebenarnya, ada sedikit kabar baik. Pemerintah Indonesia menetapkan harga acuan CPO untuk November sebesar USD 963,75 per ton, lebih tinggi dibanding Oktober yang berada di USD 963,61 per ton. Namun kenaikan tipis ini belum cukup memberi sentimen positif bagi pasar.

Di pasar global, kenaikan harga minyak kedelai AS sempat menjadi penopang. Futures kedelai AS bahkan menyentuh level tertinggi dalam 15 bulan pada Kamis lalu. Pemicunya adalah pernyataan pejabat AS soal rencana China membeli puluhan juta ton produk pertanian Amerika dalam beberapa tahun ke depan sebagai bagian dari gencatan dagang.

Namun, pelaku pasar menilai kesepakatan ini masih bersifat sementara dan belum menjadi terobosan yang mampu memulihkan kepercayaan dalam jangka panjang.

Sejalan dengan itu, prospek permintaan minyak nabati di akhir tahun biasanya melambat. Negara-negara pengimpor utama cenderung mengurangi konsumsi pada musim dingin, sehingga permintaan global untuk CPO dan minyak nabati lainnya diprediksi menurun.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :