Berita / Feature /
Cerita Petani Sawit Pertama Morowali
Morut, elaeis.co - Maghrib baru saja usai saat lelaki 71 tahun itu datang ke ruangan berpendingin udara di Rumah Makan Rumbia, di kawasan Desa Tinompo Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara (Morut) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) itu, tiga pekan lalu.
Walau sudah berusia lanjut, tubuh ayah lima anak ini masih kelihatan bugar, atletis pula. Gurat kegantengan di masa muda, pun masih kelihatan.
Namanya Christian Rongko. Sudah lebih dari satu jam lalu, dua sohibnya; Siwardaman Tamanampo dan Heiman Larope.
Para jebolan Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan (Sulsel) ini sama-sama pensiunan meski beda pangkat dan golongan. Heiman pensiunan Wakil Ketua DPRD Morowali. Dibilang pensiun lantaran dia sudah tak mau lagi nyalon.
Siwadarman, dia adalah pensiunan pegawai Pemerintah Kabupaten Morut. Jabatan terakhirnya Kepala Bagian Hukum.
Lantas Christian sendiri, sempat menduduki ragam jabatan. Mulai dari Kabag Hukum di Pemkab Poso, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) hingga terakhir menjadi Asisten Pembangunan di Pemkab Morowali.
Uniknya, Chris malah sempat menjadi Ketua Tim Pemekaran kabupaten Morowali Utara dan Siwa jadi sekretaris.
"Begitulah lika-liku hidup kami dan sampai sekarang, kami masih bisa ketemu, ngopi bersama," kata Chris sambil memandangi dua karib nya itu.
Hanya saja, walau sesama pensiunan, Chris masih lebih beruntung. Di hari tuanya, lelaki ini masih bisa mengurusi kebun kelapa sawitnya. "Memang hanya dia di antara kami yang punya kebun sawit," Siwa mengakui.
Sebetulnya, tak ada rencana Chris untuk membikin kebun kelapa sawit meski dialah yang pertama kali memboyong dua perusahaan kelapa sawit; Tamako Graha Krida dan PTPN 14 ke Kabupaten Poso pada 1984 silam.
Tamako kemudian berada di Kabupaten Morowali setelah Morowali mekar dari Poso pada 1999 silam. Sementara PTPN XIV di Kabupaten Morowali Utara (Morut) setelah Morut mekar dari Morowali pada 2013 silam.
Pada 2007, lelaki ini juga turut memboyong Astra Agro Lestari dan Sinar Mas ke Morowali. Astra Agro kemudian mendirikan PT. Agro Nusa Abadi (ANA) di kawasan Petasia dan Sinar Mas mendirikan PT. Kirana Sinar Gemilang (KSG) di kawasan Lemboraya.
Singkat cerita, kebun kelapa sawit Tamako kemudian menghasilkan. "Begitu kebun itu menghasilkan, geliat ekonomi di sekitar Tamako lonjakannya luar biasa. Wah, prospek juga kelapa sawit ini," waktu itu Chris membatin.
Ranumnya hasil kelapa sawit tadi pun mulai menggelayut di benak Chris. Meski begitu, dia belum terniat untuk membangun kebun kelapa sawit, walau tanah keluarganya ada sekitar 32 hektar di Desa Wabopada Kecamatan Lembo, Morut, di kawasan jalan lintas Sulawesi.
Hamparan tanah yang sudah dikuasai sejak tahun 1950 an itu tadinya tempat ngangon sapi. "Nah, waktu PTPN XIV mulai menanam sawit, entah kenapa kemudian perusahaan itu mau menanami tanah kami tadi. Tahun 2000, jadilah kami petani sawit pertama di Morowali," kenangnya tertawa.
Di 2008 kata Chris, kebun sawitnya itu sudah bisa menghasilkan Tandan Buah Segar (TBS) sekitar 50-60 ton per bulan. Dari hasil itulah dia bisa menguliahkan lima anaknya menjadi sarjana.
"Kebetulan anak-anak saya susun paku --- lahir tiap tahun --- otomatis semuanya sekali butuh biaya. Dari hasil sawit itulah biaya mereka dan saya enggak sempat "menyekolahkan" SK," katanya.
Kini, tanaman kelapa sawit Chris sudah memasuki masa replanting dan dia masih akan melanjutkan berkebun kelapa sawit.
Chris punya niat seperti itu lantaran bagi dia, sawit adalah komoditas yg tidak akan jenuh, minimal dalam beberapa dekade ke depan.
Kebutuhan Indonesia akan minyak sawit kata Chris tak akan berkurang, yang ada malah bertambah. Bagi dia, dampak sawit itu sesunggunya sangat luar biasa meski di Morut masyarakat juga masih bertumpu pada tambang.
Yang pasti kata Chris, berkebun sawit itu bisa sambilan. Mengurus sawit tidak serumit karet. Urus panen, pruning, pupuk, tidak tiap hari.
"Saya cerita kepada masyarakat bahwa sawit itu tidak akan jenuh. Prospeknya sangat bagus. Saya cerita begitu lantaran di sini budayanya bertanam karet. Saya enggak ikut budaya itu. Nah, lima tahun terakhir masyarakat Mori --- suku dominan di Morut --- sudah banyak bergeser ke sawit," katanya.







Komentar Via Facebook :