https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Catatan Talk to The CEO 2025 Astra Agro Lestari

Catatan Talk to The CEO 2025 Astra Agro Lestari


Pangkalan Bun, elaeis.co -- Tuntas sudah rangkaian acara Talk to The CEO Astra Agro Lestari 2025 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, 29-30 Oktober. Dimulai dengan menjelajahi Taman Nasional Tanjung Puting di hari pertama, lalu tur keliling kebun sawit di hari kedua, kemudian berakhir di Ballroom Hotel Mercure menampilkan acara inti: bincang-bincang dengan CEO Astra Agro, Djap Tet Fa. Berikutnya, acara bebas, diisi hiburan ringan dan menarik.

Sejatinya, acara penting tersebut tidaklah berakhir. Ia masih meninggalkan jejak-jejak kebaikan penuh manfaat: jejak harmoni sawit di lingkar Tanjung Puting; jejak kebun sawit modern dengan pusat riset yang membanggakan; jejak area konservasi di tengah kebun; jejak strategi mengelola perusahaan sawit; serta bonus jejak kebersamaan yang hangat. Semua itu berujung pada penambahan wawasan: tentang sawit, tentang konservasi, tentang manajemen, dan tentang harmoni yang terjaga.

Jejak harmoni di lingkar Tanjung Puting

Perjalanan ke Taman Nasional Tanjung Puting membuka ruang refleksi tentang harmoni antara industri sawit dan konservasi. Di tengah interaksi hangat dengan para penghuni hutan—terutama orangutan—terlihat bahwa alam masih menyimpan keseimbangan alami yang bisa dijaga jika manusia turut menghormatinya. Lanskap di sekitar Pangkalan Bun dan Kotawaringin Barat memperlihatkan bahwa sawit dan hutan dapat berdampingan dalam ritme yang saling menopang, bukan saling meniadakan.

Kondisi ini sejalan dengan pesan dalam film dokumenter Palm Oil in The Land of Orangutans karya Dan Sall, yang menyoroti kolaborasi antara industri sawit dan upaya konservasi di sekitar Tanjung Puting. Melalui pembangunan koridor hijau dan pengelolaan berkelanjutan, film ini menegaskan bahwa sawit bisa menjadi bagian dari solusi ekologis bila dikelola dengan ilmu dan tanggung jawab.

Di tengah citra negatif sawit di dunia internasional, baik perjalanan lapangan maupun kisah film ini sama-sama menghadirkan satu pesan penting: harmoni antara ekonomi dan ekologi bukan utopia, melainkan hasil nyata dari kerja bersama manusia dan alam.

Jejak konservasi dan harmoni ekosistem

Di internal perusahaan, peduli pada area konservasi adalah keniscayaan. Itu terlihat jelas saat menyusuri area konservasi dalam lingkup kebun Agro Menara Rachmat.  Di sinilah bukti bahwa sawit dan konservasi bukan dua hal yang saling meniadakan, namun bisa berdampingan. Dari total 7.448 hektare kebun, terdapat 537 hektare hutan alami yang dijaga sebagai laboratorium alam.

Kamera trap yang dipasang di area itu merekam kehadiran bekantan, elang, beruang madu, hingga tarsius yang melompat di bawah kanopi pohon-pohon besar. Kawasan konservasi ini bukan hanya ruang hijau yang dilindungi, melainkan juga ruang belajar — bagi tim konservasi, bagi mahasiswa, bahkan bagi publik yang ingin melihat bukti bahwa kelapa sawit dapat hidup selaras dengan ekosistem sekitarnya.

Di luar area konservasi, di blok-blok produksi pun selalu memperhatikan aspek lingkungan, antara lain ditandai dengan penggunaan predator alami seperti burung hantu dan ular guna membasmi hama tikus. 

Jejak ini menunjukkan wajah industri sawit tidak hanya sekadar pengelola lahan, tapi juga menjadi penjaga keseimbangan kehidupan.

Jejak inovasi: Pusat Riset yang membanggakan

Jejak berikutnya membawa pada optimisme masa depan industri sawit nasional: Pusat Riset  PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi – Agro Menara Rachmat telah menjadi bagian integral dari visi perusahaan untuk menjadi agrobisnis paling produktif dan paling inovatif.

Beberapa produk yang dihasilkan seperti benih unggul tahan penyakit yang sangat terkenal. Yang terbaru pada tahun ini adalah varietas DxP AAL Nirmala MRG, DxP AAL Lestari MRG, dan DxP AAL Sejahtera MRG. Keunggulan utama varietas baru ini, selain produktivitas tinggi dan laju tumbuh batang yang rendah, adalah toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang tersebab bakteri Ganoderma boninense, ancaman utama perkebunan sawit.

Lalu ada pupuk hayati ramah lingkungan, Astra Efficient Microbe (Astemic). Inovasi ini meningkatkan kesehatan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk anorganik hingga 25%, serta menekan emisi karbon, yang merupakan bukti nyata pertanian berkelanjutan.

Guna mendorong efisiensi penyerbukan, digunakan kumbang Elaeidobius kamerunicus, yang didatangkan dari Tanzania. Kumbang ini menggantikan “generasi lama” yang sudah turun kemampuannya.

Jejak strategi: transformasi digital dan jurus "2+1" CEO

Puncak acara di Ballroom Hotel Mercure menghadirkan filosofi kepemimpinan Djap Tet Fa yang ringkas tapi tajam: Plant, People, Planet — atau yang ia sebut sebagai “Jurus 2+1”.

Di bawah pilar Plant, Astra Agro menggencarkan replanting dengan bibit unggul dan riset kultur jaringan. Pada pilar People, perusahaan menumbuhkan budaya inovasi, pelatihan,  regenerasi talenta, serta smallholder inclusion.

Djap Tet Fa (kaos polo marun) bersama sebagian petinggi Astra Agro dalam acara Talk to The CEO 2025. Foto:Taufik Alwie

Sedangkan pilar Planet menandai komitmen tanpa kompromi terhadap prinsip NDPE: No Deforestation, No Peat, No Exploitation. Langkah konkret terlihat dari pembangunan unit methane capture di pabrik-pabrik kelapa sawit yang mengubah gas buangan menjadi energi terbarukan. Hingga 2030, ditargetkan ada 10 unit aktif di seluruh wilayah konsesi.

Transformasi digital tentu menjadi andalan. Melalui sistem PIMS (Plantation Information Management System), AMANDA (Aplikasi Mandor Astra Agro), dan DINDA (Daily Indicator of Astra Agro), perseroan menciptakan jaringan digital yang menautkan seluruh rantai operasional — dari kebun hingga pabrik — dalam satu kesatuan data real-time.

Drone dan citra satelit menggantikan clipboard dan laporan manual. Aplikasi Sistem Informasi Kemitraan (SISKA 2.0) memungkinkan transaksi tandan buah segar (TBS) petani mitra dilakukan secara transparan dan efisien. Hasilnya, efisiensi meningkat, ketertelusuran terjaga, dan petani kecil ikut menjadi bagian dari ekosistem modern yang lebih inklusif.

Filsafat 2+1 ini menjelaskan mengapa Astra Agro tetap tangguh dan relevan di tengah tekanan global terhadap sawit. Keberlanjutan dan profitabilitas bukan dua kutub yang bertentangan, tapi dua kaki yang berjalan bersama.

Jejak kebersamaan dan keterbukaan

Acara ini juga meninggalkan jejak kebersamaan yang hangat dan keterbukaan yang sangat baik. Dengan mengajak jurnalis melihat langsung best practices (mencakup operasional, riset, dan konservasi), diharapkan media dapat memahami potensi dan kontribusi positif industri kelapa sawit. Kunjungan ini menumbuhkan optimisme bahwa sawit adalah komoditas strategis nasional yang perlu didukung dengan kampanye positif.

Singkat kata, rangkaian Talk to The CEO 2025 adalah cerminan visi Astra Agro Lestari: profitabilitas dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan. Mereka menunjukkan bahwa dengan inovasi, riset, dan komitmen pada 3P—Plant, People, Planet—industri sawit Indonesia mampu menjawab tantangan global dan terus menjadi penopang penting perekonomian nasional.

Dari perjalanan ke hutan konservasi hingga ke ruang digitalisasi, dari obrolan hangat bersama CEO hingga tawa di sela hiburan malam, seluruh rangkaian Talk to The CEO 2025 meninggalkan satu pesan penting: sawit Indonesia sedang menuju babak baru — lebih ilmiah, lebih transparan, dan lebih manusiawi.

Dan Astra Agro Lestari menanamkan satu nilai sederhana namun mendalam: menjaga harmoni dalam kerja, dalam alam, dan dalam sesama. Itulah jejak yang tak akan mengering.

 

 

 

 

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :