Berita / Nasional /
Cara Imunisasi Bibit Sawit dari Ganoderma, Catat Tipsnya!
Jakarta, elaeis.co - Penyakit Ganoderma masih menjadi momok paling ditakuti pekebun kelapa sawit di Indonesia.
Jamur yang menyerang akar hingga batang bawah tanaman ini bisa menurunkan produktivitas secara drastis, bahkan membuat pohon mati berdiri.
Namun, kabar baiknya, upaya pencegahan sudah bisa dilakukan sejak dini. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menegaskan, bibit sawit pun perlu “imunisasi” agar lebih tahan dari serangan penyakit tersebut.
Hal itu diungkapkan Andi, praktisi lapangan PPKS, dalam tayangan PPKS TV yang menampilkan praktik imunisasi bibit sawit di areal pembibitan (nurseri).
“Kalau manusia perlu imunisasi supaya tidak gampang sakit, kelapa sawit juga begitu. Bibit harus kita imunisasi sejak masa pre-nurseri sampai main-nurseri. Tujuannya jelas, supaya tidak mudah terinfeksi Ganoderma,” kata Andi di Youtube resmi PPKS TV.
Menurut Andi, langkah pertama sebelum bicara imunisasi adalah memastikan media tanam benar-benar aman. Tanah yang digunakan tidak boleh berasal dari areal kebun yang pernah terserang Ganoderma.
“Kalau medianya sudah terkontaminasi sejak awal, bibit akan gampang terinfeksi. Jadi, penting sekali kita cek asal-usul tanahnya,” ujarnya.
Setelah media aman, tahap berikutnya adalah imunisasi biologis. Ada dua jenis agen hayati yang umum dipakai di PPKS, yakni mikroba Mycorrhiza (MISA) dan Trichoderma.
Mycorrhiza berfungsi memperluas sistem perakaran bibit, membuat akar lebih kuat dan mampu menyerap nutrisi dengan baik.
Trichoderma bertugas sebagai “tameng” yang menghambat pertumbuhan Ganoderma.
Cara aplikasinya cukup sederhana, untuk Mycorrhiza, dosis yang direkomendasikan adalah 60 gram per polybag atau setara dengan tiga sendok makan. Sedangkan Trichoderma diberikan sebanyak 40 gram per bibit, atau sekitar dua sendok makan.
“Dengan cara ini, sebelum bibit ditanam ke lapangan, mereka sudah punya imunitas dasar. Jadi peluang terserang Ganoderma jauh lebih kecil,” jelas Andi.
Imunisasi tidak akan efektif jika perawatan sehari-hari bibit sawit diabaikan. Andi menekankan bahwa pemupukan dan penyiraman rutin menjadi kunci penting dalam menjaga ketahanan bibit. Ia mengingatkan, pemupukan harus benar-benar mengikuti prinsip 5T, yaitu tepat cara, tepat dosis, tepat waktu, tepat administrasi, dan tepat aplikasi.
Menurutnya, bila pemupukan dilakukan secara asal-asalan, daya tahan bibit akan turun drastis. Akibatnya, imunisasi menggunakan agen hayati pun tidak akan memberikan hasil maksimal. “Kalau pemupukannya asal-asalan, daya tahan bibit pasti turun. Imunisasi dengan agen hayati tidak akan maksimal hasilnya,” tegas Andi.
Praktik imunisasi bibit ini memang terlihat sederhana, tapi manfaatnya sangat besar. Menurut PPKS, keberhasilan pengendalian Ganoderma harus dimulai sejak dini. Begitu bibit sudah sehat dan memiliki pertahanan dasar, tanaman di lapangan akan lebih siap menghadapi risiko serangan penyakit.
“Intinya, jangan tunggu pohon sakit dulu baru bingung mencari obat. Pencegahan sejak di pembibitan jauh lebih murah dan efektif,” tutur Andi.
Bang Fais yang mendampingi praktik imunisasi juga menambahkan, apa yang dicontohkan di nurseri PPKS bisa langsung diaplikasikan pekebun di lapangan. “Sahabat PPKS bisa meniru langkah ini, karena memang terbukti memberi perlindungan awal bagi bibit,” katanya.
Ganoderma memang belum bisa diberantas total, tapi risiko kerugian bisa ditekan lewat manajemen pembibitan yang tepat. PPKS berharap, dengan semakin banyak pekebun yang menerapkan imunisasi bibit, produktivitas kebun sawit nasional bisa tetap terjaga.
“Harapan kami, pekebun tidak lagi trauma dengan Ganoderma. Kalau bibit sehat dan kuat, produktivitas di lapangan juga akan lebih terjamin,” pungkas Andi.







Komentar Via Facebook :