https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Cangkang Sawit, Jawaban Kenaikan Harga BBM

Cangkang Sawit, Jawaban Kenaikan Harga BBM

Tumpukan Cangkang Sawit di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.


Bengkulu, elaeis.co - Akademisi Universitas Bengkulu (UNIB) terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan di daerah. Salahnya dengan mendukung cangkang kelapa sawit menjadi pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM).

Menurut Akademisi UNIB, Khairul Amri Rosa, limbah yang diperoleh dari industri pengolahan kelapa sawit (crude paim oil/CPO), merupakan residu dari tanaman kelapa sawit. 

Limbah yang dihasilkan ada berbagai macam. Seperti limbah padat, cair dan gas. Salah satu limbah padat industri kelapa sawit adalah cangkang yang mana pemanfaatannya di daerah termasuk Bengkulu belum maksimal. 

Sehingga potensi yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk ke depan agar tidak berdampak terlalu buruk bagi lingkungan.

"Kami melihat cangkang kelapa sawit belum dimanfaatkan secara maksimal di Bengkulu, makanya kami dukung agar itu bisa dimaksimalkan," kata Amri saat berbincang dengan elaeis.co, Jumat (9/9).

Amri mengaku, cara termudah mengganti limbah biomassa cangkang kelapa sawit sebagai energi yaitu dengan membakarnya sehingga dapat membentuk arang aktif. 

Kendati begitu, nilai kalori yang terkandung dalam arang aktif masih rendah sehingga perlu dilakukan proses pirolisis. Dari proses pirolisis ini akan didapatkan asap cair atau bio-oil dan arang karbon yang bisa dipakai dan memiliki nilai ekonomis. 

"Jadi perlu dilakukan proses pirolisis untuk mengubah cangkang kelapa sawit menjadi bio-oil," tutur Amri.

Amri menjelaskan, pirolisis merupakan dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen hingga akhirnya menjadi bio-oil

Bio-oil tersebut, nantinya menjadi bahan bakar minyak terbarukan. Bahkan setelah dipakai pada pengujian di mesin diesel, bio-oil bekerja hampir sama dengan solar.

"Campuran bahan bakar minyak cangkang kelapa sawit dan solar memiliki kinerja yang baik serta terbukti menciptakan diesel menyala lebih lama dibandingkan dengan pemakaian bahan bakar murni jenis solar," ujar Amri.

Ia berharap, dengan hadirnya bio-oil, kedepannya Indonesia tidak perlu lagi mengimpor banyak bahan bakar minyak dari fosil, karena limbah industri cangkang kelapa sawit di Indonesia termasuk Bengkulu sudah melimpah dan berpotensi untuk dijadikan bahan bakar minyak.

"Jadi kita bisa memanfaatkan cangkang kelapa sawit ini untuk menggantikan solar yang selama ini masih di impor dari luar negeri," pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :