Berita / Sulawesi /
Butuh Hilirisasi, Industri Sawit Mainkan Peran Sentral Ekonomi di Sulteng
Akademisi Untad, Moh Ahlis Djirimu. foto: ist.
Palu, elaeis.co - Akademisi Universitas Tadulako (Untad) Palu, Sulawesi Tengah (sulteng), Mohamad Ahlis Djirimu PhD, berharap pemerintah daerah memaksimalkan keberadaan perkebunan kelapa sawit sebagai komoditi andalan penggerak perekonomian di daerah tersebut.
"Perkebunan kelapa sawit, terutama dalam skala besar, memainkan peran sentral dalam ekonomi Sulteng," sebutnya dalam keterangan resmi dikutip Sabtu (23/3).
Awalnya Sulteng dikenal sebagai basis pertanian, namun dengan perubahan cepat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, fokusnya beralih. “Pertanian di sini dalam arti luas. Terutama tanaman pangan dan hortikultura. Dan untuk perkebunan, salah satu di antaranya adalah kelapa sawit,” kata Tenaga Ahli Kementerian Keuangan RI itu.
Ia juga membagikan pengalaman pribadinya sekitar 30 tahun lalu. Kala itu ia melakukan pertemuan dengan salah satu manejer perkebunan sawit di Morowali. Akibat rusaknya akses jalan di wilayah dengan potensi sawit sangat besar, mereka terpaksa naik traktor menuju masjid untuk shalat Jumat.
Perkebunan kelapa sawit di Sulteng, ujar Ahlis, menunjukkan pertumbuhan mengesankan dan sebagian besar wilayah sudah mencapai puncak produksi. Dalam menggenjot produksi sawit, Ahlis mengingatkan pentingnya menjaga kualitas Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
Selain itu, menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng bersama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) dan perkebunan besar swasta perlu bersinergi melakukan hilirisasi sawit. Caranya, pemda menyediakan lahan pabrik bagi peningkatan nilai tambah sampai dengan produk akhir, sehingga berorientasi pemenuhan skala ekonomi pasar domestik dan pasar internasional.
Bagi pemda, jika memang ada keinginan hilirisasi sawit, sesegera mungkin untuk membuat peta jalannya. Termasuk menyiapkan lokasi dan infrastruktur, dan tak kalah penting menyiapkan tenaga kerja siap pakai sekitar 47.080 orang.
Tak lupa Ahlis pada kesempatan tersebut menyentil pasar global, terutama tantangan Uni Eropa yang menetapkan standar ketat terhadap produk kelapa sawit. Hal tersebut dikarenakan Uni Eropa memiliki produk minyak goreng dari bunga matahari tidak ingin tersaingi oleh sawit.
Meski demikian, Ahlis optimis bahwa Sulteng memiliki potensi besar untuk terus berkembang dalam industri sawit. "Di tengah ketimpangan pembangunan antara wilayah timur dan barat Sulawesi Tengah, perkebunan sawit memberikan peluang nyata untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi lokal," tukasnya.
Melalui pemahaman mendalam tentang tantangan dan peluang di industri kelapa sawit, Ahlis berharap kepada para pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah tetap berkelanjutan dan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat setempat.







Komentar Via Facebook :