Berita / Kalimantan /
Butuh Cangkang Sawit, Pihak Kedubes Polandia Cek Dukungan Pelabuhan di Pontianak
Deputy Head of Mission, Kedubes Republik Polandia, Piotr Firlus berbincang dengan manajemen Pelindo Regional 2 Pontianak. foto: Pelindo
Pontianak, elaeis.co – Jajaki potensi kemitraan atau kerjasama bisnis kemaritiman di Kalimantan Barat (kalbar), Deputy Head of Mission Kedutaan Besar (kedubes) Republik Polandia, Piotr Firlus, mendatangi Pelabuhan Dwikora Pontianak.
Kunjungan ini disambut oleh General Manager PT Pelindo Regional 2 Pontianak, Hambar Wiyadi, didampingi oleh Manager Komersial Ervin Bayu Sanjaya, dan Jr Manager Komersial Edwin Danil. Sang tamu lantas diajak melakukan survei lapangan bersama.
Firlus pun bisa melihat proses kegiatan operasional kepelabuhanan secara langsung serta menyaksikan kecanggihan control room dalam memonitoring seluruh kegiatan operasional pemanduan, penundaan, sampai dengan kegiatan bongkar muat kontainer maupun non kontainer.
Kedatangan Firlus ini tak lepas dari upaya pemerintah Polandia untuk memenuhi kebutuhan energi. Polandia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Eropa Tengah. Perang Rusia dengan Ukraina telah berdampak pada pasokan sumber energi di negara itu, baik untuk industri maupun rumah tangga.
Polandia memiliki suhu yang ekstrim saat musim dingin sehingga membutuhkan banyak pasokan energi untuk kebutuhan masyarakat. Namun Polandia masih ada sedikit kebergantungan, di mana kegiatan ekspor impor dalam memenuhi kebutuhan penduduk Polandia kebanyakan masih melalui Pelabuhan Rotterdam Belanda yang jadi pusat transshipment untuk kapal-kapal besar dan pusat industri energi.
“Polandia mendapatkan sumber energi seperti batu bara yang berasal dari Indonesia yaitu Kalimantan dan Sumatera. Dan saat ini sedang dilakukan penjajakan sumber energi yang ramah lingkungan seperti cangkang sawit,” jelas Firlus dalam keterangan resmi dikutip Senin (26/2).
Dia menambahkan bahwa pihaknya melihat dan mendengar bahwa Kalbar merupakan penghasil cangkang sawit yang cukup besar. “Dan Kalbar memiliki pelabuhan baru yang cukup besar dan dapat menampung kapal-kapal besar, sehingga ini adalah potensi besar untuk dapat saling bersinergi,” ungkapnya.
Hambar Wiyadi lantas memaparkan perkembangan Pelabuhan Dwikora dan Terminal Kijing. Capaian arus peti kemas di Pelabuhan Dwikora untuk periode tahun 2023 sebesar 248 ribu teus dengan komposisi 9,8% kegiatan ocean going ke Singapura dan kegiatan domestik yaitu 82,6% ke Jakarta, 7,3% Semarang, dan 0,3% Surabaya.
“Sedangkan muatan cargo dan kendaraan yang menggunakan kapal Ro-Ro untuk tahun 2023 sebanyak 152 ribu unit kendaraan dan truk muatan, dengan komposisi sebaran 10,9% melalui Jakarta, 78,8% Marunda, dan 10,3% Semarang,” bebernya.
Pelabuhan Dwikora Pontianak belum dapat disandarkan kapal-kapal besar dikarenakan kedalaman alur sungai yang masih terbatas dan juga adanya ketergantungan pasang surut air. Hal ini berbeda dengan Terminal Kijing Mempawah.
“Terminal Kijing memiliki kedalaman kurang lebih 16 meter dan saat ini telah dilakukan penyandaraan beberapa kapal besar dengan draft kapal 11-12 meter untuk muatan curah cair, curah kering, maupun general cargo,” paparnya.
Di sekitar kawasan Terminal Kijing terdapat beberapa perusahaan besar yang sedang dalam proses pembangunan. Diantaranya pabrik PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), jaraknya kurang lebih 8 km dari Terminal Kijing. Pabrik tersebut fokus untuk pengembangan proyek SGAR (Smelter Grade Alumina Refenery) dengan kapasitas 1 juta produk alumina per tahun.
Produksi curah cair, khususnya pengelolaan minyak sawit atau CPO dan turunannya, di Terminal Kijing telah melayani kegiatan bongkar muat cargo CPO dan turunannya dari PT Energi Unggul Persada. Ke depan akan ada 2 perusahaan sawit lainnya yaitu PT Fasific Bio Industri dan Apical Group, yang mana saat ini sedang dalam proses land clearing.
Ia menjelaskan bahwa untuk curah cair, yang berupa CPO dan turunannya, di Terminal Kijing telah mencapai 1,6 juta ton di periode 2023 dan ini naik 155% dari periode tahun sebelumnya (YoY). CPO dan turunannya ini telah didistribusikan ke berbagai negara, seperti China (337 ribu ton), India (190 ribu ton), Singapore (161 ribu ton), dan beberapa negara Asia lainnya.
Sedangkan untuk bahan CPO yang ada di Terminal Kijing berasal dari wilayah Kalimantan Barat (35,1%), Sumatera (38,5%), Kalimantan Tengah (4,3%), Kalimantan Selatan (1,8%), Kalimantan Timur (1,9%), dan Jawa (18,4%).
Di akhir kunjungannya, Firlus menyebutkan bahwa hasil dari pertemuan itu akan segera disampaikan kepada Duta Besar Polandia untuk dilakukan pengkajian lebih lanjut dan akan diteruskan ke para pengusaha di Polandia.
Dengan adanya Terminal Kijing dan besarnya produksi CPO maka dapat dikatakan ketersediaan cangkang sawit juga melimpah, hal ini sangat menarik untuk didorong kemitraan atau sinergi bersama demi masa depan yang lebih baik.







Komentar Via Facebook :