Berita / Nasional /
Buku Mitos Vs Fakta Sawit Dibedah di Unand, Bahas Isu Sosial hingga Lingkungan
Bedah buku Mitos Vs Fakta Sawit di Convention Hall Unand. Dok.Istimewa
Padang, elaeis.co - Industri kelapa sawit kembali menjadi bahan diskusi hangat di kampus. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEKTA) Universitas Andalas (Unand) berkolaborasi dengan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menggelar acara Bedah dan Diseminasi Buku “Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global Edisi Keempat”.
Acara yang digelar di Convention Hall Unand (15/9) ini tak hanya menghadirkan diskusi akademik, tetapi juga dirangkaikan dengan lomba nasional bagi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Buku yang menjadi sorotan utama, disusun oleh tim penulis di bawah pimpinan Dr. Ir. Tungkot Sipayung, Direktur Eksekutif PASPI.
Melalui data mutakhir, buku ini berupaya meluruskan persepsi publik tentang industri sawit yang kerap terjebak dalam mitos, mulai dari tuduhan perusakan lingkungan hingga isu sosial yang simpang siur.
Dekan Fakultas Pertanian Unand dalam sambutannya menegaskan bahwa kelapa sawit bukan sekadar komoditas ekspor, tetapi juga penopang ekonomi nasional.
"Sawit menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, pengelolaan berkelanjutan tetap harus menjadi fokus utama,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kepala Departemen Sosial Ekonomi Pertanian menilai diskusi ini relevan dengan standar keberlanjutan seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
Menurutnya, penerapan ISPO penting untuk menjaga daya saing Indonesia di tengah ketatnya regulasi global terkait deforestasi.
Sebagai keynote speaker, Helmi Muhansyah dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) menekankan pentingnya diversifikasi produk turunan sawit. Dari minyak goreng, bahan pangan, kosmetik, hingga energi terbarukan, sawit terbukti memiliki peran strategis mendukung ketahanan energi sekaligus industri hilir nasional.
Sementara itu, Dr. Tungkot Sipayung memaparkan fakta menarik: di antara seluruh minyak nabati dunia, sawit adalah yang paling kompetitif.
“Kedelai, rapeseed, dan bunga matahari membutuhkan lahan jauh lebih luas untuk menghasilkan minyak yang sama banyaknya. Tanpa sawit, dunia justru akan menghadapi deforestasi lebih besar,” tegasnya.
Diskusi buku semakin hidup dengan kehadiran dosen-dosen Unand sebagai pembedah. Mereka adalah Prof. Dr. Ir. Melinda Noer, M.Sc. (Sosial Ekonomi Pertanian), Prof. Dr. Ir. Herviyanti, M.S. (Ilmu Tanah), Dr. Fadjar Goembira, S.T., M.Sc. (Teknik Lingkungan), serta Yuerlita, S.Si, M.Si, Ph.D. (Sosial Ekonomi Pertanian) yang bertindak sebagai moderator.
Para akademisi tersebut menggarisbawahi perlunya dialog ilmiah untuk mencari solusi atas isu lingkungan, tata kelola, dan sosial yang melekat pada sawit.
Mereka menilai forum seperti ini dapat memperkaya pemahaman mahasiswa sekaligus mendorong riset inovatif menuju perkebunan sawit yang lebih berkelanjutan.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, panitia juga menyelenggarakan lomba konten kreatif tingkat nasional. Ada dua kategori yang dipertandingkan, yakni infografis dan video kreatif, dengan tema yang diambil langsung dari topik-topik dalam buku Mitos Vs Fakta.
Lomba ini mendapat sambutan hangat dari mahasiswa berbagai kampus. Kreativitas peserta diharapkan mampu menyebarkan pesan positif tentang sawit ke masyarakat luas, khususnya generasi muda yang sering terpapar informasi sepihak di media sosial.
Diskusi dan lomba yang digelar HIMASEKTA, PASPI, dan BPDP ini diharapkan menjadi momentum penting. Mahasiswa dan civitas akademika diharapkan mampu menjadi agent of change, yang tidak hanya memahami mitos dan fakta tentang sawit, tetapi juga melahirkan solusi konkret untuk pembangunan berkelanjutan.
Dengan hadirnya forum ini, Unand menegaskan perannya sebagai pusat dialog akademik sekaligus ruang lahirnya gagasan segar.
Di tengah berbagai kampanye negatif yang membayangi, kegiatan ini memberi pesan jelas, sawit bukan sekadar komoditas, melainkan bagian dari masa depan ekonomi, energi, dan keberlanjutan Indonesia.







Komentar Via Facebook :