https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

Bukan Pupuk, Sawit Diberi Garam Supaya tak Manja

Bukan Pupuk, Sawit Diberi Garam Supaya tak Manja

Malenggang dan warga Suku Anak Dalam lainnya di kebun sawitnya (Syahrial)


Jambi, Elaeis.co - Sudah sejak tahun 2015 silam Masyarakat Hukum Adat Suku Anak Dalam Kelompok Temenggung Apung mulai hidup menetap di Desa Muara Kilis, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi. Sejak itu pula mereka menggarap lahan seluas 201 hektar dan menamaninya dengan karet dan kelapa sawit.

Saat ini kebun itu sudah memberikan penghasilan yang memuaskan bagi mereka. “Alhamdulillah, sekali panen kelapa sawit bisa dapat sampai 2 ton per hektar. Artinya dalam sebulan menghasilkan 4 ton per hektar,” kata Malenggang, anak Temenggung Apung, kepada Elaeis.co baru-baru ini.

Malenggang mengolah kebun sawit seluas 4 hektar. Dan sejak ditanam, dia mengaku tak pernah memupuk kebun sawitnya. Warga Suku Anak Dalam lainnya di daerah itu juga melakukan hal yang sama.

“Selama ini hanya kami taburkan garam. Kalau pupuk sama sekali tidak pernah,” ungkapnya.

Selain menyedot dana, menurutnya, pemupukan sawit juga merepotkan. Sebab, katanya, sekali saja kelapa sawit diberi pupuk maka seterusnya harus rutin dipupuk.

“Kalau sudah dipupuk, kelapa sawit jadi manja. Sekali saja diberi pupuk, selanjutnya harus dipupuk terus. Kalau tidak, bisa-bisa merajuk dan buahnya terganggu,” sebutnya.

Diakui Malenggang, kelapa sawit yang diberi pupuk menghasilkan buah lebih banyak dan besar-besar. “Tapi dibandingkan dengan kelapa sawit yang tidak diberi pupuk, selisih panennya tidak terlalu jauh. Paling antara dua sampai tiga kwintal per hektar,” bebernya.

Gabok, warga Kelompok Temenggung Apung lainnya, menambahkan, kelapa sawit yang diberi pupuk sangat rentan terserang penyakit.

“Bagi kami yang terpenting adalah ketersediaan air. Saat musim panas, buah kelapa sawit banyak yang trek. Itu sebabnya yang kami butuhkan air, bukan pupuk,” tukasnya.

Ketua Yayasan Orang Rimbo Kito (ORIK), Ahmad Firdaus, membenarkan jika Kelompok Temenggung Apung tidak pernah memupuk kebun mereka. “Mereka yakin pupuk membuat tanaman manja dan mudah terserang penyakit,” katanya.

Apa yang diyakini warga Suku Anak Dalam soal pupuk bukanlah persoalan bagi Firdaus. Yang terpenting adalah mereka mau hidup menetap dan berkebun.

“Dari hasil kebun, sekarang mereka sudah bisa menabung dan menyekolahkan anaknya di sekolah formal. Dari hasil kebun juga, sekarang mereka sudah mulai membangun rumah semi permanen. Artinya, ekonomi mereka telah terbangun,” pungkasnya.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :