https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

BPDP Titip Masa Depan Sawit ke Pemuda: Siapa Gagal, Industri Bisa Runtuh!

BPDP Titip Masa Depan Sawit ke Pemuda: Siapa Gagal, Industri Bisa Runtuh!

Evita H. Legowo, Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP). Dok.Istimewa


Jakarta, elaeis.co - Puluhan mahasiswa Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) duduk serius menyimak kuliah umum dari Dr.-Ing. Evita H. Legowo, Ketua Dewan Pengawas Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Kamis, 2 Oktober 2025.

Di podium, Evita menegaskan satu pesan penting. “Sawit harus dijaga. Sawit harus berkelanjutan. Generasi muda, kami titipkan sawit untuk masa depan!”.

Pesan ini bukan sekadar formalitas. Sejak didirikan pada 2015, BPDP menempatkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) sebagai pilar utama keberlanjutan industri sawit. “Sawit akan tetap relevan, tapi kualitas SDM menentukan apakah manfaatnya benar-benar berkelanjutan,” kata Evita.

Sejak 2016, BPDP meluncurkan program beasiswa sawit bagi pemuda dari keluarga pekebun, aparatur negara, hingga pengurus koperasi. Program ini mencakup biaya pendidikan, hidup, buku, seragam, transportasi, hingga praktik lapang dan sertifikasi profesi.

Pada 2025, target penerima manfaat pendidikan dan pelatihan mencapai 11 ribu orang dari Aceh hingga Papua, dengan jenjang studi mulai Diploma 1 hingga Strata 1. Bidang studi pun meluas menjadi pembibitan, budidaya, teknik mesin, akuntansi, manajemen logistik, hingga teknologi informatika.

Selain pendidikan formal, BPDP juga menekankan pelatihan vokasi. Berdasarkan Keputusan Dirjen Perkebunan Nomor 40 Tahun 2025, pelatihan dibagi empat kategori: teknis, manajerial, kewirausahaan, dan fasilitator. Petani belajar teknik panen, pascapanen, standar ISPO, pemetaan lahan, hingga pengelolaan sarpras. 

Materi manajerial mengasah kepemimpinan dan komunikasi, sementara kewirausahaan menyiapkan pemuda agar mampu mengembangkan usaha sawit mandiri. 

Hasilnya sudah terlihat dari alumni di Sumatera Barat memimpin koperasi, di Papua mendirikan jasa pemeliharaan kebun, sementara di Jambi membantu koperasi merintis pengolahan tandan buah segar skala kecil.

Di sisi lain, era digital menambah tantangan. Mekanisasi panen, otomasi pabrik, dan teknologi genomik menuntut SDM terampil. “Kalau tidak disiapkan sejak dini, kita akan tertinggal. Pendidikan vokasi harus mengisi skill-gap industri,” tegas Evita. 

 

Namun, jumlah lulusan belum sebanding kebutuhan industri. Banyak peminat yang tidak memperoleh beasiswa penuh karena keterbatasan dana, sehingga sinergi dengan pemerintah daerah, swasta, dan perguruan tinggi terus didorong.

Di sisi industri, BPDP menyalurkan Rp10,86 triliun untuk peremajaan sawit rakyat hingga Agustus 2025, mencakup lebih dari 169 ribu petani di 384 ribu hektare. Tidak hanya mengganti pohon tua dengan bibit unggul bersertifikat, program ini juga memastikan prinsip keberlanjutan melalui ISPO.

Di hilir, riset produk turunan sawit, dari biodiesel hingga biomaterial, terus digalakkan. Program mandatori biodiesel terbukti menghemat devisa Rp122 triliun pada 2022 dan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 27,8 juta ton CO₂e.

Kuliah umum di Cibitung ditutup dengan pesan sederhana namun kuat yakni sawit bukan sekadar komoditas ekonomi, tetapi bagian dari masa depan bangsa. Pemuda yang gagal menyiapkan diri bukan hanya mengecewakan diri sendiri, tapi juga bisa mengguncang industri ini. “Sawit baik, sawit berkelanjutan. Kami titipkan pada generasi muda,” kata Evita, disambut tepuk tangan panjang mahasiswa.

Generasi muda kini bukan sekadar penerus, melainkan penjaga sawit yaitu mereka yang menentukan apakah industri ini tetap kokoh atau runtuh.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :