Berita / Nasional /
Bongkar Fakta! 98,6% Lahan Sawit Indonesia Bukan Hasil Deforestasi, Ini Bukti Data Satelit
Ilustrasi - perkebunan kelapa sawit.
Jakarta, elaeis.co – Isu deforestasi seringkali dikaitkan dengan ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Namun fakta terbaru justru menegaskan sebaliknya.
Melansir dari laporan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) 2021, hampir seluruh lahan sawit di Indonesia berasal dari lahan terdegradasi dan pertanian, bukan hutan primer. Data menunjukkan, sebanyak 98,6% lahan perkebunan sawit bukan hasil konversi hutan.
Luas lahan sawit Indonesia mengalami lonjakan signifikan dari 1,1 juta hektare pada 1990 menjadi 16,8 juta hektare pada 2024. Lonjakan ini kerap dikaitkan dengan deforestasi, padahal definisi hutan berbeda-beda di setiap negara dan lembaga internasional.
Melansir UU 41/1999 tentang Kehutanan, hutan adalah “kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi pepohonan yang tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya.”
Sementara, menurut FAO 2018 dalam Global Forest Resources Assessment, hutan didefinisikan sebagai “hamparan daratan lebih dari 0,5 hektare dengan pepohonan lebih dari lima meter dan tutupan kanopi lebih dari 10%.”
Perbedaan definisi ini juga memengaruhi makna deforestasi. Melansir Bank Dunia, deforestasi adalah hilangnya tutupan hutan secara permanen maupun sementara.
Di Indonesia, berdasarkan Permen Kehutanan No.30/2009, deforestasi adalah perubahan permanen dari hutan menjadi bukan hutan akibat aktivitas manusia. Hal ini penting karena sebagian besar lahan sawit berasal dari semak belukar, padang rumput, dan lahan terdegradasi, yang secara internasional kadang dianggap hutan, namun di Indonesia bukan.
Melansir studi Suharto et al., 2019 dan Gunarso et al., 2013, sumber lahan terbesar ekspansi sawit periode 1990–2018 adalah lahan terdegradasi sebesar 61,6%, termasuk semak, padang rumput dataran tinggi, rawa terganggu, hutan terganggu, dan tanah gundul.
Sebanyak 37% berasal dari lahan pertanian dan perkebunan, sedangkan hanya 1,4% melibatkan hutan tak terganggu atau mangrove.
Secara global, melansir laporan European Commission 2013, sektor pertanian menjadi driver utama deforestasi, dengan peternakan, kedelai, dan serelia sebagai kontributor terbesar. Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menyumbang pangsa deforestasi relatif kecil, hanya 19% dari total global.
Dengan bukti citra satelit dan data ilmiah, fakta ini menepis mitos sawit penyebab deforestasi besar-besaran. Kini publik dan pembuat kebijakan bisa melihat perspektif baru yakni pengembangan sawit lebih banyak memanfaatkan lahan terdegradasi, bukan menebang hutan primer.
Melansir PASPI, fakta ini sekaligus membuka peluang bagi industri sawit untuk mengedepankan praktik berkelanjutan, sambil menunjukkan bahwa narasi negatif soal deforestasi sawit kerap dilebih-lebihkan.







Komentar Via Facebook :