https://www.elaeis.co

Berita / Lingkungan /

BMKG: Hujan Deras Ancam Sentra Sawit, Petani Diminta Siaga November–Januari

BMKG: Hujan Deras Ancam Sentra Sawit, Petani Diminta Siaga November–Januari


Jakarta, elaeis.co - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa hujan deras diperkirakan bakal melanda sebagian besar daerah penghasil sawit di Indonesia mulai November 2025 hingga Januari 2026.

Peringatan ini disampaikan lewat Buletin Informasi Iklim Perkebunan Komoditas Sawit edisi Oktober 2025, yang berisi hasil pemantauan dan prediksi cuaca di wilayah perkebunan kelapa sawit.

Menurut Direktur Perubahan Iklim BMKG, Dr. A. Fachri Radjab, laporan ini juga membahas kondisi laut dan atmosfer, seperti suhu muka laut, angin monsun, serta peluang munculnya fenomena El Niño dan Indian Ocean Dipole (IOD) yang bisa memengaruhi curah hujan di Indonesia.

“Secara umum, Indonesia akan mengalami hujan dengan intensitas menengah hingga tinggi, dengan kondisi normal hingga sedikit di atas normal,” ujar Fachri, Selasa (21/10). 

BMKG menyebut bahwa hujan dengan intensitas cukup tinggi akan terjadi di Aceh, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Kondisi ini perlu diwaspadai karena bisa mengganggu aktivitas panen, menghambat transportasi tandan buah segar (TBS), serta meningkatkan risiko genangan di area perkebunan.

Namun, ada juga daerah yang justru diperkirakan mengalami hujan rendah, seperti sebagian kecil wilayah Jambi. Curah hujan di bawah 100 mm per bulan bisa membuat pertumbuhan sawit, terutama yang masih muda, tidak optimal.

Kabar baiknya, BMKG memperkirakan ketersediaan air untuk tanaman sawit cukup baik di sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kondisi ini sebenarnya menguntungkan bagi pertumbuhan sawit jika petani bisa mengatur drainase kebun dengan baik.

“Kalau sistem parit dan saluran air di kebun tidak lancar, air bisa tergenang dan menyebabkan akar sawit membusuk. Jadi meskipun air cukup, petani tetap perlu hati-hati,” tulis laporan BMKG.

Di Aceh Besar, ketersediaan air diperkirakan hanya berada di kategori sedang, terutama pada November 2025. Namun, BMKG memastikan risiko kekeringan di wilayah sawit secara umum masih rendah.

BMKG juga membawa kabar positif lain: risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menurun selama periode November 2025 hingga Januari 2026. 

Dengan meningkatnya curah hujan, peluang munculnya titik panas di area perkebunan sawit menjadi sangat kecil.

Meski begitu, petani dan pengelola kebun tetap diminta waspada terhadap cuaca ekstrem, seperti hujan disertai angin kencang atau petir yang bisa merusak tanaman maupun fasilitas di kebun.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :