Berita / Bisnis /
Bisnis Sawit Topang Pendapatan Indofood
Ilustrasi (Int.)
Jakarta, Elaeis.co - Pendapatan dari bisnis makanan cenderung tertekan akibat kenaikan harga bahan baku, kinerja keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tahun ini ditopang oleh kinerja divisi perkebunan kelapa sawit.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengungkapkan, Indofood menunjukkan peningkatan pendapatan serta margin keuntungan kotor dan bersih sepanjang semester I-2021.
Pertumbuhan tersebut membuat rugi kurs bisa ditekan, sehingga tidak akan menggerogoti kinerja keuangan perseroan hingga akhir tahun ini.
“Pencapaian kinerja keuangan perseroan pada semester I-2021 sudah sesuai dengan harapan atau setara 53,4%, serta merefleksikan 51,5% dari konsensus analis,” sebutnya, dikutip Investor.id.
Pada semester I-2021, Indofood membukukan peningkatan laba bersih sebesar 20,8% menjadi Rp 3,43 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 2,84 triliun.
Begitu juga dengan pendapatan tumbuh 20,1% menjadi Rp 47,29 triliun dari Rp 39,38 triliun. Margin bersih perseroan naik menjadi 7,3% dari 7,2%.
Menurut Natalia, penguat utama kinerja keuangan Indofood datang dari bisnis minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) setelah terjadi kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan harga jual CPO tersebut mendongkrak margin keuntungan perseroan.
Hingga akhir 2021, Indofood masih akan ditopang tren kenaikan harga CPO. Hal ini akan meningkatkan kontribusi pendapatan dan laba bersih segmen tersebut terhadap total kinerja perseroan sepanjang tahun ini.
Sedangkan peningkatan utang menjadi sentiment negatif yang bisa menekan laju pertumbuhan keuntungan.
BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham INDF dengan target harga Rp 9.000. Target harga tersebut merefleksikan perkiraan PE tahun ini sekitar 8,6 kali. Target ini telah mempertimbangkan solidnya harga jual CPO tahun ini.
Sebelumnya, analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin mengungkapkan, Indofood merupakan produsen barang konsumsi dengan sejumlah keunggulan, yang didukung oleh empat lini bisnis saling melengkapi dalam grup, sehingga perseroan menjadi total food solutions.
“Kami menilai posisi tersebut menjadikan perseroan berada dalam posisi paling atas untuk mendapatkan keuntungan saat terjadi peningkatan permintaan ke depan,” sebutnya.
Tak hanya itu, menurut Mimi, Indofood memiliki kemampuan besar untuk memperluas pasar ke luar negeri setelah anak usahanya, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), menuntaskan akuisisi Pinehill Company Limited. Perseroan juga diuntungkan oleh tren kenaikan harga CPO dalam beberapa bulan terakhir, sehingga kontribusi segmen agribisnis diperkirakan naik tahun ini.
Meski memiliki beragam keunggulan guna mempertahankan pertumbuhan kinerja keuangan, Indofood ternyata juga menghadapi tantangan berat tahun ini, seiring belum pulihnya daya beli masyarakat. Hal ini mendorong Mimi untuk merevisi turun proyeksi kinerja keuangan Indofood tahun 2021 dan 2022.
Dia memangkas proyeksi pertumbuhan pendapatan Indofood tahun 2021 dan 2022 masing-masing 0,7% dan 0,8%. Pertumbuhan pendapatan tahun ini diproyeksikan hanya 17,3% menjadi Rp 95,8 triliun.
Sedangkan proyeksi kenaikan pendapatan tahun 2022 mencapai 6,7% menjadi Rp 102,2 triliun.
Begitu juga dengan margin EBIT perseroan direvisi turun, seiring dengan perkiraan pelemahan pada sejumlah anak usahanya, seperti Indofood CBP, Bogasari Flour Mills, dan bisnis distribusi.
Sedangkan agribisnis diharapkan menjadi penopang margin EBIT perseroan tahun ini. Dengan demikian, laba bersih tahun ini diperkirakan naik tipis 0,2% menjadi Rp 6,5 triliun dan laba bersih tahun 2022 diproyeksikan bertumbuh 10,7% menjadi Rp 7,2 triliun.
“Meski kami memangkas turun proyeksi kinerja keuangan Indofood, kami tetap percaya bahwa prospek perseroan tetap menjanjikan sejalan dengan perluasan pangsa pasar Indofood CBP setelah menuntaskan akuisisi Pinehill Company. Kenaikan harga CPO juga akan membawa sentimen positif,” jelas Mimi.
Sebab itu, Mirae Asset Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham INDF dengan target harga direvisi turun menjadi Rp 8.300. Target harga tersebut merefleksikan target PE sekitar 11,3 kali.







Komentar Via Facebook :