https://www.elaeis.co

Berita / Sumatera /

BIPOS Project Ubah Petani Sawit di Labuhan Batu Jadi Produsen Mandiri

BIPOS Project Ubah Petani Sawit di Labuhan Batu Jadi Produsen Mandiri

Ilustrasi/Dok.elaeis


Labuhan Batu, elaeis.co - Petani sawit di Labuhan Batu Sumatera Utara (Sumut), kini bisa produksi bibit sendiri lewat Biodiverse and Inclusive Palm Oil Supply Chain atau BIPOS Project, mendukung agroforestry dan memastikan panen lebih terukur serta hemat biaya.

Petani sawit di Labuhan Batu kini mulai merasakan perubahan signifikan dalam cara mengelola kebun. Melalui BIPOS Project, petani tidak lagi hanya menjadi penerima hasil panen, tetapi mulai menjadi produsen bibit mandiri yang mampu menghasilkan tanaman berkualitas untuk kebun mereka sendiri.

Dikutip dari unggahan resmi Instagram @cifor_icraf_id, proyek ini dijalankan oleh SNV bekerja sama dengan CIFOR-ICRAF dan Musim Mas, serta mendapat dukungan Livelihood Venture. 

Hingga saat ini, enam pembibitan atau nursery telah dibangun di Desa Kampung Padang, Desa Lingga III, Desa Tebing Lingga Hara, Kelurahan Pulau Padang, Desa Tanjung Harapan, dan Desa Kampung Baru. Targetnya, total 13 desa di Labuhan Batu akan memiliki pembibitan yang berfungsi sebagai pusat produksi bibit berkualitas.

Nyadirin, pengelola pemibitan di Desa Kampung Baru, mengatakan bahwa kegiatan di nursery tidak hanya terbatas pada penyiraman dan pemupukan. Aktivitas sehari-hari juga meliputi pengisian polibag, penyemprotan, pengumpukan, serta pengendalian jamur pada bibit. 

“Sebelum ada proyek ini, saya tidak tahu cara merawat bibit, cara menyambung pucuk, dan cara memperbanyak tanaman. Sekarang saya punya pengalaman baru dan ilmu yang bisa diterapkan langsung di kebun,” ujarnya.

Sementara itu, Ihsan Rambe, pengelola pembibitan di Desa Kampung Padang, menambahkan bahwa bibit yang diproduksi beragam, sesuai kebutuhan petani dan kesesuaian lahan. Jenis tanaman yang tersedia meliputi durian, jengkol, pisang, kakao, mahoni, aren, dan beberapa tanaman semusim seperti cabai, jahe, dan serai. 

“Jenis bibit ini dipilih berdasarkan permintaan petani sekaligus analisis lahan agar pertumbuhan optimal,” kata Ihsan.

Mekanisme pendistribusian bibit pun dilakukan secara sistematis. Pertama, petani yang berminat dicatat dan dilakukan survei langsung ke kebun untuk melihat kondisi tanaman sawit yang masih produktif maupun yang sudah mati. 

Kemudian, petani bersama tim proyek menentukan jenis bibit dan model penanaman yang sesuai. Setelah lubang tanam disiapkan selama 2–4 minggu, bibit didistribusikan dan penanaman mulai dilakukan.

Proses Ini Selanjutnya Dipantau untuk Memastikan Bibit Tumbuh Dengan Baik

Program ini tidak hanya menekankan produksi bibit, tetapi juga memberikan pelatihan teknis kepada petani agar mereka mampu mengelola pembibitan secara mandiri. Dengan pelatihan ini, petani dapat menghasilkan bibit berkualitas tinggi sendiri, sehingga keberlanjutan agroforestry sawit dapat terus terjaga meski proyek resmi berakhir.

Keberadaan pembibitan ini juga membawa manfaat ekonomi langsung. Dengan model agroforestry, petani tidak hanya mengandalkan kelapa sawit, tetapi bisa menanam tanaman buah, kayu, dan palem yang dapat menambah sumber pendapatan. Di sisi lingkungan, kebun campuran membantu menjaga kesuburan tanah, meningkatkan biodiversitas, dan mengurangi risiko kerusakan lahan.

“Harapannya, setelah program selesai, pembibitan tetap berjalan secara mandiri. Petani sudah dilatih untuk mengelola bibit dan memproduksi tanaman sendiri, sehingga mereka tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pihak luar,” jelas tim proyek.

BIPOS Project menunjukkan bahwa pemberdayaan petani tidak harus berhenti pada panen saja. Dengan akses bibit berkualitas dan pelatihan agroforestry yang tepat, petani sawit Labuhan Batu kini bisa menjadi produsen mandiri, sekaligus menjaga keberlanjutan kebun dan lingkungan mereka.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :