https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Bibit Sawit Sehat Tanpa Boros Pupuk, Ini Strategi Ko Albert

Bibit Sawit Sehat Tanpa Boros Pupuk, Ini Strategi Ko Albert


Jakarta, elaeis.co - Mengelola pembibitan kelapa sawit kerap dianggap membutuhkan biaya besar, terutama untuk pemupukan. 

Namun, pengalaman seorang pemuda bernama Ko Albert, petani muda yang mengelola pembibitan sawit di Sukabumi, membuktikan sebaliknya. 

Menurutnya, strategi pemupukan yang cerdas tidak hanya membuat bibit tumbuh sehat, tetapi juga bisa menghemat biaya dan memaksimalkan keuntungan.

Hal itu ia sampaikan dalam tayangan PPKS TV, ketika tim Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) berkunjung ke kebunnya. 

“Kalau kita cuma mainkan kimia aja, menurut kami penyerapannya kurang maksimal,” ungkap Ko Albert sambil menunjukkan deretan bibit sawitnya yang hijau segar dengan bonggol besar.

Albert menjelaskan, sejak proses semai, dirinya sudah menerapkan perlakuan khusus. Benih sawit direndam fungisida selama 1–2 menit sebelum ditanam ke polybag kecil. Setelah itu, bibit langsung disiram agar kelembapannya terjaga.

Saat memasuki fase pembibitan besar, penyiraman dilakukan rutin 2 liter per polybag per hari. Menurutnya, kebutuhan air itu sudah sesuai standar budidaya agar bibit tidak kekeringan sekaligus tidak kelebihan air.

Sementara itu, pemupukan menggunakan NPK tetap menjadi pilihan utama. Namun, ia tidak hanya bergantung pada pupuk kimia. Albert menambahkan pupuk hayati cair Vertomax produksi PPKS yang disemprotkan seminggu sekali.

“Kalau kita hanya pakai kimia, serapannya tidak maksimal. Dengan pupuk hayati, pupuk NPK yang kita tabur bisa larut lebih baik. Selain itu, ada kandungan fitohormon yang bisa menghijaukan daun dan mempercepat pertumbuhan,” jelasnya.

Menurut Albert, penggunaan pupuk hayati cair justru membuat pemupukan menjadi lebih hemat. Dosis Vertomax yang dipakai di kebunnya adalah 8 tutup botol untuk satu tangki berkapasitas 16 liter. Cairan tersebut kemudian disemprotkan merata ke seluruh bibit.

“Kalau untuk sekitar 5.000 bibit kecil, kami hanya habis dua cap tangki. Artinya, cukup efisien dan hemat,” jelasnya.

Selain efisiensi biaya, pemakaian pupuk hayati juga membuat pemeliharaan bibit lebih praktis. Tidak semua unsur harus dipenuhi dari pupuk kimia, karena pupuk hayati berfungsi membantu melarutkan hara yang ada di tanah sekaligus meningkatkan daya serap akar.

“Dengan cara ini, tanaman lebih cepat siap tanam. Jadi target produksi juga lebih cepat tercapai,” tambahnya.

Strategi kombinasi pupuk kimia dan hayati yang dilakukan Albert berdampak langsung pada efisiensi biaya produksi. Jika sebelumnya biaya pupuk membengkak, kini bisa ditekan tanpa mengurangi kualitas bibit.

Bibit sawit yang sehat, hijau, dan bonggol besar otomatis memiliki nilai jual lebih tinggi. Permintaan dari pekebun pun meningkat, karena bibit berkualitas dipercaya mampu tumbuh optimal ketika ditanam di lapangan.

“Kalau bibit bagus, otomatis pembeli percaya. Mereka tahu, sejak di pembibitan sudah dirawat dengan baik,” ujar Albert.

Dengan efisiensi pupuk, margin keuntungan pun semakin besar. Alih-alih mengeluarkan banyak biaya untuk pupuk kimia, sebagian dana bisa dialihkan ke perawatan lain, seperti pengendalian hama atau peningkatan kualitas media tanam.

Albert berharap pengalamannya ini bisa menjadi inspirasi bagi petani muda lain yang sedang mengembangkan usaha pembibitan sawit. 

Menurutnya, kunci utama ada pada keberanian untuk mencoba teknologi baru, termasuk memadukan pupuk kimia dengan pupuk hayati.

“Jangan takut bereksperimen. Selama kita ikuti anjuran teknis, hasilnya akan kelihatan. Hemat pupuk bisa, bibit tetap sehat, dan pendapatan lebih maksimal,” pesannya.

PPKS pun menegaskan bahwa inovasi penggunaan pupuk hayati seperti Vertomax merupakan bagian dari strategi pertanian berkelanjutan. 

Selain menjaga efisiensi biaya, teknologi ini juga mendukung kesehatan tanah dalam jangka panjang.

BACA BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Komentar Via Facebook :